Aksi Diam Muslim Rohingya Memperingati Kekejaman Militer Myanmar

Selasa, 25 Agustus 2020 – 23:14 WIB
Pengungsi Rohingya berkumpul untuk memperingati dua tahun eksodus di kamp Kutupalong di Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (25/8/2019). Foto: REUTERS/Rafiquar Rahman

jpnn.com, DHAKA - Pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh menggelar aksi diam untuk memperingati tragedi tiga tahun lalu yang memaksa mereka angkat kaki dari Myanmar.

Para pengungsi menyebut pandemi COVID-19 membuat mereka tidak dapat menggelar pertemuan massa dalam acara yang mereka sebut sebagai "Hari Peringatan" tersebut.

BACA JUGA: Panen Kecaman, Malaysia Batalkan Hukuman Cambuk untuk Pengungsi Rohingya

Lebih dari satu juta orang Rohingya kini tinggal di tempat pengungsi terbesar dunia di Bangladesh bagian selatan, dengan kecil kemungkinan kembali ke Myanmar.

Tiga tahun lalu, pemberontak Rohingya mengepung 30 pos polisi dan pangkalan militer di Rakhine, Myanmar, hingga menewaskan sedikitnya 12 anggota pasukan keamanan.

BACA JUGA: Uni Eropa: Penyelamatan Pengungsi Rohingya Bukti Kemurahan Hati Pemerintah Indonesia

Tindakan keras militer Myanmar kemudian memaksa 730.000 orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, bergabung dengan 200.000 orang lainnya yang sudah berada di sana.

"Kami dipaksa pergi keluar dari tanah air kami ke kamp pengungsi terbesar di dunia," kata kelompok pengungsi Rohingya dalam sebuah pernyataan.

BACA JUGA: Aksi Rakyat Aceh Selamatkan Pengungsi Rohingya Menuai Pujian

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut aksi militer tersebut dilakukan dengan maksud genosida. Sementara Myanmar menyangkal tuduhan itu dengan mengatakan bahwa mereka melakukan aksi yang legal melawan pemberontak Rohingya.

Myanmar juga menyebut bahwa sebaliknya, pemberontak Rohingya itulah yang bertanggung jawab atas sebagian besar kekerasan, termasuk membumihanguskan desa-desa.

Para pengungsi justru menyebut kaum Rohingya telah mengalami "genosida terselubung" di Myanmar selama puluhan tahun, dan mereka meminta PBB serta organisasi lainnya untuk mendeklarasikan apa yang sesungguhnya terjadi pada 2017 itu.

"Kami mohon dukunglah Rohingya yang tak bersalah, dan semoga kemudian kami dapat kembali ke rumah kami," kata kelompok Rohingya.

Di sisi lain, Pemerintah Bangladesh pada Senin (24/8) mengumumkan pihaknya akan segera mencabut pemblokiran jaringan internet kecepatan tinggi di kamp pengungsi--yang diberlakukan tahun lalu atas alasan bahwa media sosial dapat digunakan untuk memancing kepanikan. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler