Aktivis HAM Kecam Perang Antinarkoba Ala Duterte

Jumat, 18 Agustus 2017 – 06:15 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Foto: Reuters

jpnn.com, MANILA - Aktivis HAM Filipina mulai mengendus ada yang tidak beres dalam operasi pemberantasan narkoba yang dilakukan kepolisian setempat. Selain jumlah korban yang mencapai puluhan setiap harinya, ada juga fakta-fakta dilapangan yang sangat mencurigakan.

Wilnor Papa, salah seorang petinggi HAM Filipina di Amnesty International, khawatir aparat sengaja menggunakan razia antinarkoba sebagai alasan untuk membantai para penjahat narkoba.

BACA JUGA: Perang Antinarkoba Duterte Semakin Berdarah, Sehari 32 Tewas

Pasalnya, polisi selalu beralasan tingginya jumlah korban karena para pengedar dan pengguna narkoba melawan dengan senjata api ketika hendak ditangkap. Dengan kata lain, polisi mengklaim terjadi baku tembak.

Namun, seperti dalam razia besar-besaran di Bulacan dan Metro Manila pekan ini, tidak ada seorang polisi pun yang menjadi korban.

Jangankan tewas, terluka pun tidak ada. Sementara jumlah korban jiwa dari pihak pengedar dan pengguna setidaknya mencapai 57 orang.

Kemarin, Kamis (17/8), Papa menyalahkan Presiden Rodrigo Duterte atas jatuhnya banyak korban jiwa dalam dua razia berdurasi masing-masing 24 jam tersebut.

’’Gara-gara pernyataan presiden, jenis pembunuhan seperti ini bakal terus berlanjut,’’ katanya dalam wawancara dengan Agence France-Presse.

Dia mengacu pada pernyataan Duterte yang akan dengan senang hati menghabisi 3 juta pecandu narkoba di bawah kepemimpinannya.

Duterte Senang Razia Narkoba Makan Banyak Korban Jiwa

Perang Antinarkoba Duterte Semakin Berdarah, Sehari 32 Tewas

Aktivis HAM yang lain, Chito Gascon, mengungkapkan bahwa jaminan yang Duterte berikan kepada tim antinarkoba yang terlibat baku tembak dengan para penjahat membuat polisi lepas kendali.

’’Polisi bebas melakukan apa pun dalam razia antinarkoba karena presiden merestui kebrutalan mereka,’’ tegas pria yang menjabat chairman Komisi HAM Filipina tersebut.

Mendengar kritik itu, Kepala Polisi Filipina (PNP) Ronald dela Rosa langsung membela Duterte. ’’Presiden tidak memerintah saya untuk membunuh dan membunuh lagi. Saya juga tidak menginstruksikan anak buah saya untuk membunuh tanpa henti. Presiden hanya menegaskan bahwa perang melawan narkoba tidak bakal pernah berhenti,’’ paparnya.

Dia menambahkan bahwa polisi hanya menembak tersangka yang melawan.

Razia antinarkoba di dua lokasi yang menjadi target utama pemberantasan narkoba Filipina itu tidak hanya menewaskan sekitar 57 tersangka. Namun, polisi juga menahan sedikitnya 223 tersangka lainnya.

Total, ada 84 razia di Bulacan dan Manila. Sebagian besar razia bermula dari transaksi antara pengedar narkoba dan polisi yang menyamar menjadi konsumen. (AFP/Reuters/sunstar/hep/c14/any)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler