Perang Antinarkoba Duterte Semakin Berdarah, Sehari 32 Tewas

Kamis, 17 Agustus 2017 – 06:42 WIB
Rodrigo Duterte. Foto: Presidential Photo via Philstar

jpnn.com, MANILA - Kepolisian Nasional Filipina (Philippine National Police alias PNP) menggelar 49 razia narkoba serentak di sembilan distrik berbeda di Provinsi Bulacan.

Operasi itu berlangsung sejak Selasa (15/8) sampai kemarin, Rabu (16/8). Dalam waktu kurang dari 24 jam, 32 orang yang diduga pengedar dan pemakai narkoba tewas.

BACA JUGA: Komjen Buwas: 66 Narkoba Jenis Baru Masuk ke Indonesia

PNP mengklaim seluruh korban tewas sebagai penjahat narkoba. ”Kami ingin membuat para penjahat narkoba terkejut dan takut,” kata Romeo Caramat, kepala kepolisian Bulacan, dalam jumpa pers di Kota Manila kemarin. Selain menewaskan 32 orang, razia besar-besaran itu mengamankan 109 tersangka penjahat narkoba.

Jumlah korban tewas dalam operasi antinarkoba tersebut memecahkan rekor terbanyak sejak Presiden Rodrigo Duterte mendeklarasikan perang terhadap narkoba pada 1 Juli 2016.

BACA JUGA: Oh, Pantesan Sabu Masuk Lapas Tebo, Ternyata Oknum Sipir Ini Dapat Jatah

Namun, menurut Caramat, polisi hanya menembak para tersangka yang melawan atau malah menyerang petugas lebih dulu. Dia menegaskan, seluruh personel yang terlibat dalam razia tidak akan menembak jika tidak terpaksa.

”Kami tahu ada pihak-pihak yang tidak akan percaya pada laporan kami ini. Tapi, kami terbuka dan siap diinvestigasi,” tegas Caramat.

BACA JUGA: Polisi Tangkap Pejabat Lapas Tebo Lantaran Terlibat Narkoba

Lantas, dia mengakui bahwa dalam razia antinarkoba tersebut, aparat sangat sulit mengendalikan keadaan. Sebab, reaksi para tersangka tidak bisa ditebak.

Namun, dia berani menjamin bahwa aparat selalu berusaha meminimalkan terjadinya konflik dan pertumpahan darah.

”Kami tidak pernah melanggar. Semuanya sudah sesuai dengan prosedur,” ujar Caramat tentang razia yang digelar di Distrik Angat, Balagtas, Baliwag, Bocaue, Bustos, Calumpit, Guiguinto, Hagonoy, dan Malolos tersebut.

Dalam razia itu, polisi mengamankan banyak barang bukti. Mulai sabu-sabu, ganja, hingga senjata. Senjata yang dimaksud adalah 34 pistol, 2 granat, dan 114 amunisi.

Caramat berharap operasi besar-besaran yang menimbulkan korban tewas terbanyak sepanjang razia antinarkoba pada era Duterte itu bisa mengirimkan sinyal jera kepada para penjahat narkoba di Filipina.

Kendati menuai kritik tajam dari seluruh penjuru dunia, Duterte menegaskan bahwa kampanye antinarkoba yang digagasnya sejak sebelum menjadi presiden itu tidak akan berubah.

”Ada 32 orang yang tewas dalam razia besar-besaran di Bulacan. Itu kabar bagus. Mari kita bunuh 32 tiap hari. Mungkin, dengan cara itu, kita bisa menyembuhkan negeri ini dari penyakit yang menggerogotinya,” tegas Duterte mengenai razia tersebut.

Meski demikian, pemimpin 72 tahun itu menyatakan bahwa perang melawan narkoba tidak akan tuntas dalam era kepemimpinannya. Kampanye itu memerlukan kesinambungan.

Tentang kritik masyarakat internasional terhadap PNP yang kabarnya semena-mena membunuh tersangka narkoba, Duterte punya kebijakan tersendiri.

Mantan wali kota Davao itu mengaku akan melindungi para personel yang terpaksa menembak tersangka narkoba dalam upaya membela diri.

Namun, jika dalam investigasi terbukti bahwa ada personel yang melanggar, Duterte memerintahkan agar individu itu ditembak.

Dalam operasi antinarkoba Duterte, Bulacan memang menjadi salah satu target utama. Provinsi yang berjarak 11 kilometer dari Metro Manila tersebut merupakan lahan subur bagi narkoba di Filipina.

Sejauh ini, 425 tersangka penjahat narkoba diamankan di Bulacan. Sementara itu, jumlah pengedar maupun bandar yang tertangkap berkisar 4.000 orang. (AFP/Reuters/CNN/inquirer/hep/c16/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Pasangan Sejoli Sewa Satu Kamar untuk Begituan, Gantian Gitu…


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler