JAKARTA--Penasehat Indonesia Police Watch (IPW) Jonson Panjaitan mendapat teror. Mobil yang diparkirnya di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, dicoret orang tak dikenal. Tulisan di body mobil sebelah kanan itu adalah 'Diam atau Mati'.
Diceritakannya, mobil diparkir sebelum bertolak ke Singapura untuk sebuah urusan. Sepulangnya dari Singapura, mobilnya kedapatan sudah ditulis oleh orang tak dikenal. Ia melapor ke kepolisian di Bandara Soetta.
Ketua Presidium IPW, Neta Saputra Pane, menegaskan, bahwa ini sebuah teror terhadap aktivis atau tokoh-tokoh yang kritis terhadap kebobrokan. Setelah aktivis Munir diracun dan Tama (Indonesia Corruption Watch / ICW) dipukuli, ternyata oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dan suka main teror masih bergentayangan.
"Untuk itu polri harus mengusut tuntas kasus ini dan segera menangkap pelakunya," tegas Neta, menjawab JPNN, Jumat (24/2), di Jakarta.
Ia menambahkan, kasus teror ini adalah yang keempat kalinya dialami Jonson. "Meski demikian percayalah para aktivis tidak akan takut dan tetap bersuara kritis," tegas Neta.
Ditanya apakah ini menandakan bahwa kebebasan di era demokrasi ini masih tidak berjalan sepenuhnya? Neta menjawab, "Betul, aparat keamanan, khususnya polisi belum mampu memberikan jaminan keamanan kepada para aktivis yang kritis, terbukti kasus Tama dan kasus bom molotov di kantor Tempo tidak kunjung terungkap."
Hal inilah, menurut dia, yang kemudian membuat pihak-pihak yang membuat teror seakan merasa mendapat angin."Hingga kemudian membuat teror baru terhadap aktivis, di antaranya kepada Jonson," kata Neta. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertina Batasi Peserta Kejurnas
Redaktur : Tim Redaksi