Aktivis Laos Hilang di Thailand, Diduga Korban Konspirasi Negara-Negara Asia Tenggara

Sabtu, 07 September 2019 – 05:09 WIB
Ilustrasi penculikan. Foto: Shuterstock

jpnn.com, BANGKOK - Aktivis politik asal Laos, Od Savayong, dinyatakan hilang di Thailand, Jumat (6/9). Dia diketahui sedang menanti hasil pengajuan suakanya ke Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pengungsi (UNHCR).

Kasus Od pun menambah daftar para pengungsi dan pencari suaka yang hilang di Thailand. Bahkan, hilangnya Od dianggap sebagai kasus berulang yang kerap terjadi di kawasan Asia Tenggara. Ada kecurigaan pemerintah negara-negara di kawasan bekerja sama menahan dan memulangkan paksa para oposisi dalam pelarian.

BACA JUGA: Tak Sekadar Mobil Listrik, Thailand juga Targetkan Mobil Otonom Pada 2030

"Od barangkali jadi korban terbaru dari langkah pemerintah Thailand yang diduga bekerja sama dengan negara-negara di kawasan untuk memulangkan oposisi dalam pelarian," kata Presiden Lao Movement for Human Rights, Vanida Thephsouvanh.

Sementara itu, Federasi Internasional untuk HAM (FIDH) menuntut Pemerintah Thailand untuk menyelidiki kasus hilangnya Od. Menurut keterangan beberapa warga, Od terakhir kali terlihat pada 26 Agustus.

BACA JUGA: Pemerintah Thailand Gelar Pertemuan Rahasia dengan Pemberontak Melayu

Od adalah anggota Free Lao, grup informal yang terdiri dari para pekerja migran dan aktivis di Bangkok. Sejak 2017, aktivis politik Laos itu menanti untuk ditempatkan ke negara tujuan yang ditentukan UNHCR.

BACA JUGA: Aktivis Mahasiswa Tewas di Kamar Hotel, Saldo Rekeningnya Lumayan Banyak

BACA JUGA: Polisi Thailand Tangkap 9 Pelaku Teror Bom

UNHCR, sebagaimana disampaikan oleh FIDH, telah menetapkan Od sebagai person of concern atau kelompok orang yang terdiri atas pengungsi, pencari suaka, mereka yang terusir paksa (internally displaced), dan siapapun yang kehilangan status warga negara.

"Polisi siap menyelidiki hilangnya Od Savaong," kata juru bicara Kepolisian Thailand, Krisana Pattanacharoen. Namun untuk saat ini, pihak kepolisian belum menerima laporan kehilangan Od dari kerabat dan sejawat.

Hingga berita ini diturunkan, UNHCR belum dapat dimintai keterangan terkait hilangnya Od. Walaupun demikian, UNHCR tak terbiasa memberi komentar ke awak media perihal satu kasus tertentu.

"Komunitas internasional harus mengutuk keras aksi ini karena penghilangan secara paksa merupakan bentuk penindasan yang berbahaya bagi kehidupan masyarakat sipil di kawasan," kata Vanida.

Sejak 2018, ada sembilan kasus penangkapan dan penculikan para politisi berstatus pengungsi yang diduga melibatkan pemerintah sejumlah negara di Asia Tenggara. Misalnya, sejumlah aktivis demokrasi Thailand yang mencari perlindungan di Laos menjadi korban penghilangan paksa selama beberapa tahun hingga akhirnya ditermukan tewas di Sungai Mekong.

Di saat Kepolisian Thailand ditanya mengenai isu pemulangan aktivis/oposisi pemerintah, Krisna mengatakan ia tak memiliki informasi tersebut.

Pada Januari, penulis blog asal Vietnam, Duy Nhat, juga mengajukan suaka ke UNHCR di Bangkok. Namun, ia justru hilang, dan beberapa pihak meyakini Nhat diculik dan ditahan secara sewenang-wenang.

Kantor Imigrasi Thailand mengatakan pihaknya tak memiliki catatan Nhat masuk ke negara itu. Namun, Imigrasi Thailand tetap akan menyelidiki kasus tersebut. (Genta Tenri Mawangi/antara/dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... ISIS Runtuh, Asia Tenggara Kembali Dihantui Teroris


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler