Akui Ada Kerabat Tolak KBPH Suryodilogo jadi Paku Alam X

Senin, 23 November 2015 – 07:43 WIB
Putra almarhum Sri Paduka Paku Alam IX, KBPH Suryodilogo (kanan) menyambut Raja Keraton Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono X (tengah) dan GKR Hemas di Puro Pakualaman, Jogjakarta, Minggu (22/11). Sri Paduka Paku Alam IX yang juga menjabat sebagai wakil gubernur DIJ meninggal dalam usia 77 tahun pada hari Sabtu (21/11) pukul 15.10 WIB karena sakit. Foto : Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja

jpnn.com - JOGJA – Upacara adat digelar di depan jenazah PA IX, sesaat sebelum diberangkatkan ke pemakaman Astana Girigondo, Kulonprogo. Yaitu dibacakannya deklarasi KBPH Suryodilogo sebagai putra mahkota menggantikan kedudukan PA IX berdasarkan aturan Paku Alam.

Dalam upacara yang diadakan di Bangsal Sewotomo Pura Pakualaman, KPH Jurumartani membacakan dhawuh (perintah) dari Pengageng Kawedanan Ageng Kasentanan Kadipaten Pakualaman KPH Condrokusumo. Dalam deklarasi yang dibacakan dalam bahasa Jawa ini, KBPH Suryodilogo anglintir keprabon (ditunjuk melanjutkan takhta kepemimpinan) di Pakualaman.

BACA JUGA: Kecantol Pria Lain, Istri Pilih Tinggalkan Suami

“Penunjukan ini berdasarkan adat dan paugeran di Pura Pakualaman,” kata Ketua Trah Pakualaman Hudyana KPH Kusumoparastho. Menurutnya, KBPH Suryodilogo ditunjuk mewarisi kedudukan Adipati, karena posisinya yang juga merupakan Pangeran Pati atau putera mahkota.

Meskipun demikian, KBPH Suryodilogo tidak otomatis menjadi Paku Alam X. Menurut Kusumoparastho, untuk menjadi PA X perlu upacara jumenengan (penobatan). “Hanya deklarasi, bukan penobatan menjadi PA X,” lanjutnya.

BACA JUGA: Memalukan Nih! Biayai Keluarga kok Pakai Duit Curian

Dalam Undang-Undang Keistimewaan (UUK )DIJ disebutkan bahwa adipati yang bertakhta adalah yang berdasarkan paugeran, yakni telah diangkat sebagai putra mahkota dan putra mahkota dinobatkan menjadi adipati melalui proses jumenengan oleh pinisepuh  yang menyematkan bintang, kemudian dilanjutkan dengan kirab.

Penunjukan KBPH Suryodilogo yang sudah ditetapkan sebagai putera mahkota sejak 2012 itu, juga sama dengan hasil kesepakatan rapat keluarga dan sentana sepuh Puro Pakualaman, Sabtu (21/11). Dalam rapat untuk menyikapi sakitnya PA IX tersebut, perlu kepemimpinan pelaksana harian untuk kegiatan internal di Puro Pakualaman.

BACA JUGA: Prosesi Pemakaman Paku Alam IX, Lebih Cepat dari Rencana Awal

KBPH Suryodilogo saat dimintai kesannya tentang sosok almarhum ayahandanya, KGPAA Paku Alam IX, maupun telah ditunjuknya dia untuk melanjutkan  takhta kepemimpinan di Pura Pakualaman, belum bersedia berkomentar.

“Mohon maaf, saya belum bisa menjawab, dari pada salah,” kata Suryodilogo yang juga Kepala Biro Kesra Setprov DIJ itu. 

Pria yang akrab disapa Romo Bimo ini, sesuai paugeran tidak mengantarkan jenazah ayahnya hingga ke pemakaman, dan hanya melepas di Ndalem Ageng.

Sementara itu, salah seorang kerabat Pura Pakualaman RM Donny Mega Suara menambahkan, nantinya proses jumenengan masih akan menunggu masa berkabung selesai. Diakuinya, ada kelompok kerabat yang menolak pengangkatan itu.

Meski demikian, hal itu tidak memengaruhi.”Boleh ada orang yang berpendapat dan mengklaim sebagai Paku Alam, tapi biar nanti rakyat yang menentukan,” ujarnya.

Sementara itu, kerabat Keraton Jogja GBPH Prabukusumo mengapresiasi paugeran di Kadipaten Pakualaman yang masih dipakai. Gusti Prabu yang sudah terlihat di Puro Pakualaman sejak Sabtu sore itu mengaku sudah berbicara dengan KBPH Prabu Suryodilogo dan meminta agar sifatnya sama dengan ayahnya, dan jangan sampai berubah.

“Bahkan harus lebih baik dan lebih dekat dengan siapa pun.  Karena yang membedakan kita dengan siapa pun adalah ketaqwaan kita kepada Allah SWT,” tutur rayi dalem Sultan HB X ini. (pra/laz)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pj Walkot Medan Ngamuk Dengar Dengkur Camat saat Rapat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler