jpnn.com, JAKARTA - Pengamat militer Al Araf menilai pergantian kepemimpinan di institusi TNI sudah selayaknya dilakukan terlepas dari ada tidaknya kepentingan politik individual Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk terjun ke dunia politik praktis.
Hal ini disampaikan Al Araf dalam diskusi bertajuk "Politik bukan Panglima" di Cikini, Jakarta Pusat.
BACA JUGA: Gatot dan Tito Dekati Ulama, SMI Tarik Pajak
Dia menyebutkan, pergantian Panglima TNI itu mau dilakukan sekarang atau nanti, tergantung pada indvidunya, dan keputusan Presiden.
Kalau Presiden merasa bahwa Panglima TNI dianggap ataupun diduga menimbulkan polemik, memunculkan persoalan dan dipersepsikan publik melakukan manuver politik, hal itu menurut Al Araf sah-sah saja di dalam demokrasi.
BACA JUGA: Disuruh Turun dari Panggung, Siswa SD Minta Sepeda ke Jokowi
"Nanti tinggal bagaimana presiden menimbang. Buat saya begini, proses pergantian Panglima TNI bukan hanya persoalan individual ingin berpolitik atau tidak, tapi lebih dari itu. Ada fakta, reorganisasi dan regenerasi dan kesegaran di dalam tubuh TNI harus segera dilakukan," ucap Al Araf.
Menurut dia, Jenderal Gatot merupakan perwira tinggi angkatan 1982, di mana teman seangkatannya sudah banyak yang pensiun.
BACA JUGA: Jokowi: INALUM Akan Digeser ke Kaltara
Sementara Polri dipimpin Jenderal Tito Karnavian, angkatan 1987. Di sisi lain, ada fakta juga di dalam gerbong TNI itu banyak perwira menengah kariernya mandek.
Karena itu, rotasi Panglima TNI dibutuhkan bukan karena faktor politik tapi dalam konteks regenerasi untuk penyehatan di tubuh TNI.
Terlebih jabatan tersebut sudah ditempati cukup lama oleh Gatot yang akan pensiun pada Maret 2018.
"Artinya bukan suatu yang salah juga, dengan pertimbangan objektif untuk membangun satu proses regernasi di dalam tubuh TNI agar kesegaran organisasi, gerbonganya bergerak dari menengah itu ke atas, maka presiden perlu mempertimbangkan pergantian Panglima TNI," sarannya.
Di sisi lain, tambah Al Araf, hal itu akan lebih enak bagi Jenderal Gatot. Sebab, dia tidak akan disoroti atau dikritik publik seolah berpolitik.
"Dan saya rasa Panglima tidak akan resisten, Panglima akan mendapakan ruang yang besar untuk bergerak dalam pertarungan politik," pungkas direktur Imparsial itu.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Djan Faridz Geram SK Muktamar Jakarta Tak Kunjung Keluar
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam