“Memang ada ditemukan. Alquran salah cetak tersebut sudah beredar luas di tengah masyarakat. Beberapa minggu lalu, dua guru ngaji mengaku pernah menemukan alquran yang salah cetak itu. Baik secara isi, mau pun letak per halamannya,” tutur Kakanwil Kemenag Sumbar, Ismail Usman, Senin (3/9).
Dijelaskan Ismail Usman, dirinya sudah meminta seluruh Kemenag yang ada di kabupaten/kota melakukan investigasi keberadaan alquran salah cetak tersebut. “Kalau ditemukan, lakukan penarikan. Seluruh alquran yang salah cetak mesti ditarik dari peredaran, daripada nanti menyesatkan,” kata Ismail didampingi Kasubag Humasnya Rifki.
Secara internal, Ismail mengaku sudah melakukan penelitian dan memeriksa stau per satu alquran yang ada di Kanwil Kemenag Sumbar serta asrama haji tabing. “Alhamdulillah, alquran yang dipakai di internal, tidak ada yang salah. Kita melakukan pemeriksaan satu per satu,” kata Ismail.
Sebelumnya, berdasarkan penelitian Direktur Lembaga Percetakan Aquran (LPQ) Sarmidin Nasir, Ribuan kitab suci umat Islam yang dicetak dan diedarkan pada 2011, banyak mengalami kesalahan cetak. Alquran yang dicetak pada 2011 tersebut mengalami kesalahan pada halaman 88. Seharusnya berlanjut ke halaman 89, tetapi yang terjadi ke halaman 57. Berikutnya halaman kurang atau isi kurang mulai halaman 89 sampai 120.
Kesalahan lain adalah perubahan tanda baca (harokat) kasroh menjadi tanwim pada halaman 339. Petikan ayat tersebut seharusnya berbunyi bi afwahikum. Namun, karena terdapat kesalahan tanda baca, menjadi bin afwahikum. Selain itu, ada juga ayat yang gundul alias tidak memiliki tanda baca pada 367. Al Quran tersebut dicetak perusahaan PT Adhi Aksara Abadi Indonesia (AAAI).
“Kesalahan teknis lainnya, sebagian besar halamannya membayang sehingga tidak bisa dibaca karena terlihat seperti tulisan yang bertumpuk. Di beberapa halaman terdapat pula beberapa ayat yang tercetak keriput karena kertasnya keriput sehingga hurufnya terpotong-potong. Itu laporan yang diterima,” sebut Ismail Usman.
Inspektur Jenderal (Irjen) Kemenag Muhammad Jasin membenarkan hal ini. Namun, kesalahan bukan di keseluruhan alquran yang dicetak. Karena itu, penarikan Alquran hanya dilakukan untuk kekeliruan, sementara alquran yang sempurna tetap dibiarkan beredar di masyarakat.
Potensi penyebab kesalahan berikutnya adalah kurang cermatnya Tim Laznah Kemenag yang bertugas mengkaji alquran sebelum dicetak dan didistribusikan. Tim ini bisa jadi lalai dalam mengamati beberapa bagian alquran. Selain itu, ada dugaan laporan alquran salah cetak ini sengaja dimunculkan oleh pihak yang berseberangan dengan Kemenag. Tujuannya memperkeruh pengusutan dugaan korupsi tender alquran tahun anggaran 2011 yang kini tengah dilakukan KPK.
Ketua MUI Sumbar, Syamsul Bahri Khatib mengaku belum mendapatkan informasi tersebut. Tapi, setahunya sampai saat ini masih belum ada laporan mengenai Alquran tersebut. Jika nantinya memang ada peredaran itu Alquran di kota Padang, MUI akan melakukan pemeriksaan terhadap toko-toko yang menjual perlengkapan ibadah, khususnya yang menjual Alquran.
“Kita akan sidak, dan apabila memang ada toko yang menjual Al-quran seperti itu, kita akan berikan peringatan pada mereka,” tegas Syamsul Bahri Khatib.
Sementara itu, pantauan POSMETRO (Grup JPNN), Senin (3/9), pedagang di sejumlah toko buku mengaku belum mengetahui tentang peredaran alquran salah cetak tersebut. Dari empat toko yang ditanyai, tidak satupun yang mengetahui Alquran buatan PT Adhi Aksara Abadi Indonesia (AAAI) tersebut.
“Emangnya ada ya Alquran salah, nama perusahaan itu baru kali ini saya dengar,” tutur Eli (30) seorang pedagang alquran yang berjualan sudah lebih dari 10 tahun ini.
Pemilik Toko Aneka Poster, Pak Ujang (55) yang merupakan pemasok al-Quran hampir ke seluruh toko buku di Kota Padang juga tidak mengetahui al-Quran tersebut. Menurutnya, setiap barang yang masuk terlebih dahulu sudah di-check.
“Al-Quran yang rusak sedikit saja sampulnya, kami kembalikan lagi ke penerbit, apalagi ini, alquran tersebut memiliki kesalahan yang amat besar,” ucap Pak Ujang.
Dan kalau memang ada alquran yang seperti itu masuk ke tokonya, Pak Ujang sendiri langsung memisahkan dan menanyakan kepada yang berwenang, seperti MUI dan pihak penerbit. Dia mengaku memang pernah ada yang menanyakan alquran dari perusahaan tersebut sebelum Ramadhan lalu. (ben/g)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pindah Agama Diiming-Imingi Sembako
Redaktur : Tim Redaksi