jpnn.com - JAKARTA - Meski ujian nasional (UN) bukan lagi penentu kelulusan, namun proyek jual beli kunci jawaban masih marak terjadi di berbagai daerah.
Dari hasil temuan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), menunjukkan maraknya jual beli kunci jawaban tidak hanya di daerah, di pusat pun terjadi.
BACA JUGA: UN 2016, Masih Diwarnai Jual Beli Kunci Jawaban
Siswa membeli dengan cara patungan. Mulai dari Rp 20 ribu per siswa di Cimahi, Rp 150 ribu per siswa di Jakarta sampai Rp 300 ribu per siswa di Pare pare. Laporan yang masuk justru berasal dari orangtua siswa karena anaknya meminta uang untuk membayar patungan tersebut.
“Hasil penelusuran FSGI kepada para siswa mengenai pembelian kunci jawaban tersebut diakui banyak siswa. Namun mereka mengatakan tidak mempercayai 100 persen kunci tersebut, mereka masih tetap belajar. Itu hanya untuk jaga-jaga dan kadang tidak dipakai sama sekali,” ujar Slamet Maryanto, Sekretaris Umum SEGI Jakarta, Rabu (6/4).
BACA JUGA: Lembaran Kunci Jawaban UN Bocor, Buktinya?
Retno Listyarti, Sekjen FSGI, menegaskan sepanjang UN masih digunakan untuk parameter lain selain pemetaan, potensi kecurangan akan terus terjadi. Setiap anak dan orangtua masih menginginkan bisa diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit. (esy/jpnn)
BACA JUGA: Aher Targetkan 100 Persen UNBK Sebelum Lengser
BACA ARTIKEL LAINNYA... Langsungkan UNBK, Sekolah Siapkan UPS
Redaktur : Tim Redaksi