jpnn.com, JAKARTA - Kolumnis kondang Dahlan Iskan meragukan kabar Presiden Tiongkok Xi Jinping dikudeta, termasuk berita pemimpin China itu berstatus tahanan rumah.
Respons Dahlan termuat dalam tulisan berjudul Kudeta Sepi, Disway edisi Senin (26/9).
BACA JUGA: Pesan Dedi Mulyadi yang Digugat Cerai Bupati Purwakarta Bikin Terenyuh, Ada Kata Sakit
"Reaksi pertama saya: tidak mungkin. Terutama karena media-media Amerika tidak menyiarkannya. Kalau berita itu benar alangkah sudah hebohnya Amerika," tulisan Dahlan.
Dia pun berselancar ke Taiwan melalui internet untuk mengecek pemberitaan tentang Xi Jinping dikudeta.
BACA JUGA: Tahun Depan Honorer Dihapus, Marthen: Tuntaskan Pendataan
"Sepi. Jelas itu berita bohong. Toh, pagi harinya saya masih mengecek lagi: adakah kelanjutannya. Ternyata benar-benar bohong," lanjutnya.
Alih-alih menemukan kebenaran tentang kudeta terhadap Xi Jinping, Dahlan justru menerima kiriman berita bohong lainnya.
BACA JUGA: Orangnya Tito Karnavian Berkomunikasi dengan Andi Arief soal Utusan Presiden, Ini yang Terjadi
Pada berita kedua itu disebutkan terjadi kudeta di Amerika Serikat. Presiden Joe Biden dalam status tahanan rumah. Pasukan militer memenuhi kota Washington DC.
"Hoax dibalas hoax. Maka sebelum tidur pun saya sempat melakukan analisis. Seandainya betul ada kudeta, apa alasannya. Memang terlalu banyak," tulisan Dahlan.
Dia menilai secara ekonomi pertumbuhan Tiongkok melambat selama Xi Jinping berkuasa. Pun sebelum ada Covid –lebih-lebih akibat pandemi itu.
Memang ada teori bagus: pertumbuhan ekonomi itu tidak bisa terus tinggi sepanjang masa. Tidak ada negara maju yang pertumbuhannya tetap tinggi. Tumbuh rendah pun sudah luar biasa bagus, karena dari nominal yang sudah besar.
Namun, tetap saja fakta berbicara: selama dua periode pemerintahan Xi Jinping pertumbuhan ekonom Tiongkok tidak sebagus sebelumnya. Popularitas pemimpin Tiongkok itu yang begitu tinggi ternyata tidak menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
"Adakah itu yang menyebabkan ketidakpuasan hingga terjadi kudeta?" tulisan Dahlan.
BACA JUGA: Wahai Lukas Enembe, Dengarlah Pesan Pendeta Alberth Yoku Ini
Selain persoalan ekonomi, di pikiran eks menteri BUMN itu juga terlintas tentang perubahan konstitusi. Xi Jinping, lewat semacam parlemen Tiongkok, menghapus pembatasan masa jabatan presiden dua periode.
"Ia (Xi Jinping, red) sendiri hampir pasti akan terpilih lagi untuk masa jabatan ketiga," lanjut Dahlan.
Apa pula pikiran begini, jangan-jangan ini balas dendam oligarki hitam di Tiongkok. Sebab,begitu banyak Xi Jinping menangkapi pengusaha besar.
BACA JUGA: Dahlan Iskan Setuju Azrul Ananda Mundur dari Presiden & CEO Persebaya, tetapi
Dahlan pun mengaku sering mendengar curhat pengusaha di sana: kini aturan-aturan bisnis semakin ketat. Gerak bisnis semakin tidak bebas bermanuver.
"Namun, akhirnya jelas: berita kudeta itu tidak benar," dikutip dari Disway.
Dia menduga isu kudeta itu cuma halu akibat spekulasi yang terlalu. Misalnya: kok banyak sekali penerbangan yang dibatalkan di Beijing.
Lalu, kenapa banyak sekali tentara di Beijing dan sekitarnya. Ditambah: sudah tiga hari Xi Jinping tidak terlihat di depan umum.
Dahlan mengatakan bagi yang sering ke Tiongkok seharusnya hafal: pembatalan penerbangan di Beijing itu tidak aneh. Begitu ada latihan militer, sipil harus mengalah.
Demikian juga ketika ada presiden mau turun atau naik pesawat bandara ditutup. "Saya beberapa kali tertahan di landasan Beijing oleh hal seperti itu," lanjutnya.
Menurut Dahlan, secara hukum negara itu, udara Tiongkok adalah milik militer. Aturan penerbangan harus tunduk pada kepentingan militer. Jarak antarpesawat di udara pun ditentukan berdasar keamanan nasional.
Mungkin hari itu lagi ada latihan militer. Latihannya lebih besar dari biasanya. Pesawat komersial yang terganggu lebih banyak.
Itu juga terkait dengan banyaknya pasukan militer di Beijing dan sekitarnya. Jangan lupa: 1 Oktober nanti adalah hari kemerdekaan Tiongkok.
Yang lebih sensitif lagi, lanjut Dahlan, pertengahan bulan depan ada Muktamar Partai Komunis Tiongkok. Itu merupakan peristiwa politik terpenting di sana. "Melebihi Sidang Umum MPR di zaman Orde Baru," tulisan Dahlan.
Tulisan Dahlan selengkapnya bisa Anda baca melalui tautan ini: Kudeta Sepi. (disway/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi