Alasan Pangeran MBS Pilih Tiongkok ketimbang Indonesia dan Malaysia

Minggu, 24 Februari 2019 – 10:54 WIB
TEMAN BARU: Pangeran MBS berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Foto: Xinhua via AP

jpnn.com - Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) memilih tiga negara sebagai tujuan kunjungan kenegaraan pada awal 2019. Pakistan, India, lalu Tiongkok. Sementara kunjungannya ke Indonesia dan Malaysia dibatalkan.

Safari Asia yang dilakukan Muhammad Bin Salman (MBS) sejatinya bukan aksi yang mengejutkan bagi publik internasional. Tiga negara itu merupakan sosok yang memberikan "pelukan" saat keluarga Al Saud terpojok tahun lalu.

BACA JUGA: Salman Tidak Mampir

Sejak jurnalis Jamal Khashoggi terbunuh, Eropa dan AS terus mempersulit manuver penguasa Tanah Suci di level global.

Nah, Pakistan dikenal sebagai "saudara seagama" Arab Saudi. Selanjutnya, India merupakan negara yang menjadi rekan dagang Jazirah Arab jauh sebelum kata Saudi muncul.

BACA JUGA: Lima Hari Lagi

Yang terakhir, Tiongkok, merupakan kawan baru Arab Saudi di era modern. Meski baru berusia 30 tahun, volume perdagangan Saudi-Tiongkok sudah melebihi Pakistan atau India. Belum lagi kerja sama pengembangan teknologi nuklir di negara padang pasir itu.

"Pemimpin Saudi ingin memberikan pesan bahwa masih ada pilihan di luar sana. Jadi, mereka memilih melakukan diversifikasi," ujar Mohammed Turki Al Sudairi, peneliti di King Faisal Center for Research and Islamic Studies, kepada New York Times.

BACA JUGA: Haji Imigrasi

Kunjungan dimulai dari Pakistan pada Senin (18/2). Di antara ketiga negara, Pakistan memang yang paling putus asa. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan merupakan seorang di antara sedikit kepala negara yang hadir dalam Future Investment Initiative (FII) di Riyadh Oktober silam.

Di Islamabad, ibu kota Pakistan, sang putra mahkota disambut seperti penyelamat. Bagaimana tidak? Di kantongnya ada USD 3 miliar (Rp 42 triliun) yang disetor ke bank pusat Pakistan untuk membantu defisit anggaran. Di kantong lainnya, USD 3 miliar lagi untuk penjualan migas. Belum lagi komitmen investasi USD 20 miliar (Rp 281 triliun).

Di India, putra kandung Raja Salman tersebut juga disambut ramah. Meskipun, India sedikit ngambek karena sang pangeran mengunjungi Pakistan lebih dulu.

Pesawat MBS harus pulang ke Riyadh sebelum resmi mengunjungi New Delhi. Itu permintaan India yang masih geram dengan insiden bom bunuh diri Pulwama yang diklaim diotaki Pakistan.

Namun, Perdana Menteri India Narendra Modi tetap memberikan pelukan hangat bagi pria 33 tahun tersebut saat turun dari pesawat di Indira Gandhi International Airport.

Menurut Haaretz, sambutan di bandara itu melanggar protokol. Membalas kehangatan tersebut, MBS berjanji bahwa India bisa mendapatkan investasi senilai USD 100 (Rp 1.404 triliun) miliar.

Tujuan terakhir MBS adalah Tiongkok. Dia bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk memperkuat kerja sama ekonomi. Di Tiongkok, aspek ekonomi adalah tali hubungan yang paling penting bagi Arab Saudi.

Apalagi, MBS punya proyek besar-besaran untuk melepaskan Arab Saudi dari roda perekonomian lama. Dia ingin mengganti status Negara Jazirah itu dari pemain migas menjadi pemain pasar keuangan. Hal tersebut dirangkum dalam program Visi 2030.

"Tiongkok punya pengalaman, dana, teknologi, dan sumber daya untuk mewujudkan visi itu," ujar pakar Timur Tengah di China Institute of International Studies Li Guofu.

Peta yang digambar Arab Saudi sudah jelas. Mereka ingin kembali masuk ke jalur sutra yang sedang digalang Tiongkok. Itu semakin dipertegas pada dua tujuan negara yang dibatalkan di saat terakhir, Indonesia dan Malaysia.

"Tiongkok adalah teman dan rekan yang baik bagi Arab Saudi," tegas Xi sebagaimana dilansir Saudi Gazette.

Jika Visi 2030 terbentuk bersamaan proyek jalur sutra modern, Asia dan Timur Tengah bisa jadi punya sistem ekonomi yang lebih erat. (M./Salsabyl Ad'n/c22/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bawa Rp 284 Triliun, Pangeran MBS Disambut Bak Raja di Pakistan


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler