jpnn.com, JAKARTA - Ketua Komisi D DPRD DKI Ida Mahmudah menilai langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menggunakan toa sebagai peringatan dini bencana banjir hanyalah upaya mencari sensasi saja.
“Berhentilah Pak Gubernur (Anies Baswedan, red) untuk mencari sensasi. Mendingan serius kerja. Saya minta Pak Gubernur, TGUPP-nya itu kalau kasih masukan yang benar, jangan malah ditertarwain orang,” kata Ida dalam keterangan persnya, Senin (20/1/2020).
BACA JUGA: Deteksi Tsunami Indonesia Samai Negara Maju
Untuk diketahui, Pemprov DKI Jakarta bakal menambah enam toa atau pengeras suara untuk peringatan dini bencana kepada warga. Toa itu merupakan penambahan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 14 unit.
Toa tersebut bernama Disaster Warning System (DWS), sebuah perangkat ini yang tergabung dalam sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) BPBD Jakarta. Tak main-main, Pemprov DKI akan mengucurkan dana sebesar Rp4 miliar untuk pengadaan barang tersebut. Biaya tersebut sudah dianggarkan di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun ini.
BACA JUGA: Soal Penambahan Toa, DPRD DKI: Pak Anies, Berhentilah Mencari Sensasi
Ida menilai perangkat deteksi dini tsunami karya siswa SMK 3 Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang diluncurkan belum lama ini di pelataran gong Andalan SMK Sulsel, dinilai lebih masuk akal dibandingkan toa sebagai deteksi dini bencana, khususnya banjir.
”Ya (karya siswa, red) itu lebih rasional lah. Kalau pakai toa itu kan dilakukan petugas, nah kalau petugasnya sendiri kena banjir gimana?,” tuturnya.
BACA JUGA: llmuwan Deteksi Banjir Besar di Lapisan Bawah Antartika
Menurut Ida, pihaknya pernah mengusulkan kepada Pemprov DKI Jakarta untuk menganggarkan alat pendeteksi banjir maupun tsunami ketika terjadi tsunami di Pandeglang, Banten, beberapa waktu lalu. Namun, usulan itu tidak direspons dengan alasan sudah ada alatnya.
Diketahui, siswa SMK 3 Kabupaten Gowa, dengan dukungan penuh Kepala Dinas Pendidikan saat itu Irman Yasin Limpo berhasil membuat alat pendeteksi tsunami yang dipasang di laut. Alat ini bekerja dengan mendeteksi tekanan atau suhu udara sehingga sebelum tinggi air terdeteksi, suhunya saja itu sudah mengirimkan penanda tinggi air.
Suhu yang terdeteksi kemudian memberikan sinyal yang dikirim dari alat yang ada di tengah laut itu, kemudian diterima oleh penerima sinyal (receiver) yang ada di gong raksasa andalan, di samping Benteng Rotterdam. Gong tersebut kemudian akan mengeluarkan bunyi gong yang bisa langsung didengar masyarakat.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich