Alat Kontrasepsi Jangka Panjang Lebih Efektif

Senin, 23 September 2013 – 10:37 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang berupa spiral (IUD) dan implan atau susuk, masih rendah. Padahal, alat kontrasepsi ini sangat efektif mengendalikan jumlah penduduk mengingat masa pakainya 3-8 tahun. Sementara kontrasepsi jangka pendek rentan lupa sehingga merepotkan.

"Memang menggunakan alat kontrasepsi itu pilihan, tetapi untuk spiral dan implan itu yang paling efektif dibandingkan alat lainnya. Kontrasepsi harian atau bulanan ternyata banyak lupanya. Kalau jangka panjang kan tidak harus repot," kata Dr Wendy Hartanto MA selaku Plt Deputi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN dalam keterangan persnya, Minggu (22/9).

BACA JUGA: Lagu Miley Cyrus dan Timberlake bisa Membuat Siswa Lebih Pintar

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang dicatatnya, sebanyak 62 persen menggunakan alat kontrasepsi modern dan tradisional. Dengan rincian empat persen IUD, suntik 32 persen, susuk tiga persen, pil 14 persen. Untuk penggunaan IUD sendiri angkanya terus menurus. Pada 1991 mencapai 13 persen, lalu menurun 10 persen, menurun lagi hingga empat persen. "Trennya banyak yang memilih suntik dan pil karena dianggap lebih praktis, padahal banyak yang drop," ungkapnya.

Menurut Wendy, pemakaian alat kontrasepsi jangka pendek akan berisiko gagal lebih besar ketimbang IUD yang berjangka panjang. Sebab, akseptor bisa saja lupa melakukan suntik KB yang dilakukan setiap bulan sekali. Angka kegagalan metode suntik juga cukup tinggi mencapai 6/100. Artinya 6 dari 100  penggunanya hamil setelah menggunakan suntik.

BACA JUGA: Atasi Kecemasan dengan Mengasingkan Diri

Sementara untuk metode IUD, angka kegagalannya sangat rendah hanya 0,8 per 100. Selain itu alat kontrasepsi IUD juga bisa bertahan hingga delapan tahun.

"Padahal pemasangan IUD dan implant bagi akseptor tidak mampu diberikan secara gratis. Setiap tahun BKKBN mengalokasikan dana sebanyak Rp 500 milian untuk alat kontrasepsi, tetapi yang banyak dipilih ya suntik dan pil. Rendahnya minat pasangan usia subur menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang menjadi salah satu penyebab program KB mengalami stagnasi dalam 10 tahun terakhir ini," tuturnya.

BACA JUGA: Dua Pertiga Orang Inggris Haus Kasih Sayang

Sementara itu, dr Julianto Witjaksono SpOG, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, menambahkan, alat kontrasepsi implan satu batang sama efektif dengan IUD atau spiral. Proses pemasangannya pun lebih mudah. Kontrasepsi berbentuk batang yang berukuran kurang dari 3 cm ini hanya dimasukan ke dalam lapisan kulit di bagian lengan.

“Ini adalah salah satu metode kontrasepsi efektif jangka panjang, implant efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun. Tingkat kegagalan lebih sedikit dibanding IUD. Sementara alat KB berupa pil dan suntikan sifatnya jangka pendek dan kerap gagal,” ungkap dr Julianto.

Lebih jauh dr Julianto menjelaskan, jika dipasang dengan benar, metode kontrasepsi ini memiliki efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat kegagalan hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakainya.

"BKKBN akan selalu memberikan pelayanan gratis untuk kebutuhan KB pada kelompok orang yang tak mampu. Mau yang pil, suntik, IUD, semua gratis. Hal itu karena kelompok miskin merupakan fokus dari BKKBN," tambah Wendy. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saatnya Anak-Anak Mulai Gowes


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler