jpnn.com, RIYADH - Kerajaan Arab Saudi tak lagi bisa mengelak. Laporan The Joint Incident Assessment Team (JIAT) pada Sabtu (1/9) menyebutkan bahwa serangan udara di pasar Saada pada 9 Agustus lalu seharusnya bisa dicegah.
Bus yang berisi anak-anak yang tengah berkarya wisata semestinya tak menjadi korban serangan bom. Tragedi yang melenyapkan 51 nyawa itu merupakan tanggung jawab Saudi.
BACA JUGA: Kecam Program Pangeran Mohammed, Ulama Saudi Dibekuk Aparat
"Komando Pasukan Koalisi Gabungan mengungkapkan penyesalan atas kesalahan tersebut dan mengucapkan simpati, belasungkawa, serta solidaritas sebesar-besarnya kepada keluarga korban." Demikian bunyi pernyataan pasukan koalisi pimpinan Saudi yang dimuat di kantor berita SPA.
Pengakuan itu terbilang jarang. Mereka rencananya berkoordinasi dengan pemerintah Yaman untuk memberikan kompensasi. Selain itu, bakal meninjau ulang operasi mereka di negara tersebut.
BACA JUGA: Saudi Bakal Pancung Aktivis Perempuan Pembela Syiah
Awalnya Saudi menolak disalahkan. Mereka berdalih bahwa sasarannya adalah pelontar misil yang digunakan untuk menyerang Saudi. Pasukan koalisi bahkan menuding pemberontak Houthi sengaja menggunakan anak-anak sebagai tameng.
Namun, desakan dari berbagai pihak serta negara-negara Amerika dan Eropa membuat mereka berpikir ulang. Pasukan koalisi akhirnya membentuk tim independen JIAT untuk melakukan penyelidikan. JIAT menyatakan bahwa serangan itu tak bisa dibenarkan. Semua pihak yang terlibat di dalamnya diminta untuk bertanggung jawab.
BACA JUGA: Festival Kebudayaan Kerajaan Arab Saudi Hadir di Saudi House
JIAT juga mengungkapkan bahwa serangan udara di pasar Provinsi Saada itu dilakukan berdasar informasi intelijen yang menyebut di dalam bus ada para pemimpin Houthi.
Tapi, ada perintah bahwa serangan itu ditunda. Perintah tersebut lantas tak sampai ke si pilot pesawat tempur. Kesalahan komunikasi itu harus diselidiki.
"Tim meyakini bahwa pasukan koalisi harus segera meninjau keterlibatannya untuk memastikan tidak ada aturan yang dilanggar," ujar Mansour Ahmed Al Mansour, penasihat hukum JIAT, seperti dilansir Reuters.
Serangan Saudi memang membabi buta. Sejak awal terlibat perang di Yaman, mereka sudah puluhan kali menyasar fasilitas umum yang banyak digunakan penduduk sipil.
Mulai pasar, sekolah, pesta pernikahan, upacara pemakaman, permukiman penduduk, hingga rumah sakit yang didirikan para relawan. Korban jiwa mencapai ribuan orang.
Di tempat terpisah, Human Rights Watch (HRW) menyerukan agar tak ada lagi negara yang menjual senjata ke Saudi. Menurut HRW, serangan yang dilakukan Saudi itu adalah kejahatan perang. Lembaga ataupun negara yang menyuplai senjata untuk serangan tersebut bisa dianggap terlibat. (sha/c10/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saudi Ogah Beri Visa ke Jemaah Haji Qatar
Redaktur & Reporter : Adil