jpnn.com - JAKARTA – Pemerintah belum juga menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) meski harga minyaak terus merosot. Sesuai dengan aturan yang ditetapkan, harga baru mulai diterapkan pada 1 April. Hingga bulan keempat mendatang, harga BBM tidak bisa diturunkan kecuali kondisinya ekstrem.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Wiratmaja Puja menjelaskan, salah satu contoh kondisi ekstrem yang dimaksud adalah anjlok kelewat dalam. Saat ini hal itu belum memengaruhi kriteria karena fluktuasi masih USD 28–USD 33 per barel.
BACA JUGA: Gubernur Ganjar: Kita Harus Serang Negara Anggota MEA
’’Kami masih konsisten,’’ ujarnya dalam diskusi FPKS di gedung DPR kemarin (4/2). Berdasar aturan, harga BBM tidak mengikuti harga pasar sepenuhnya. Jadi, masih ada campur tangan pemerintah untuk menentukan harga jual.
Selain itu, tambah dia, harga jual BBM di Indonesia tidak bisa dibandingkan begitu saja dengan negara tetangga seperti Malaysia. Sebab, bensin yang dikonsumsi hari ini tidak dibeli maupun dibuat kemarin, tetapi berasal dari pembelian Oktober, November, bahkan Desember 2015. ’’Kalau harga minyak saat ini turun, tiga bulan mendatang kita turun,’’ kata Wiratmaja.
BACA JUGA: Pemerintah Lamban Respon Gelombang PHK
Dia sadar, sikap konsisten pemerintah rentan menuai cibiran. Apalagi, negara tetangga seolah mengiming-imingi BBM dengan harga lebih murah. Yang jelas, menurut dia, ada efek positif yang dirasakan dari sikap tersebut. Yakni, industri lebih stabil karena tidak selalu berhadapan dengan perubahan harga BBM.
Juga soal demografis Indonesia yang mengharuskan distribusi BBM menggunakan berbagai moda transportasi. ’’Ada biaya tambahan distribusi karena kita negara maritim. Pertamina perlu diberi tambahan untuk deliver ke pulau kecil,’’ jelasnya.
Wiratmaja mengungkapkan, gambaran perubahan harga setiap bulan sudah terlihat pada 2015. Saat kali pertama pemerintah mencabut subsidi premium, perubahan harga di pasaran begitu cepat. Akhirnya, pemerintah menilai situasi itu tidak baik karena tidak memberikan kepastian.
BACA JUGA: ASTAGA... 13 Perusahaan Beken Bakal Lakukan PHK Besar-besaran
Di luar itu, dia menegaskan bahwa Kementerian ESDM bersiap membangun storage di Indonesia Timur. Jumlahnya mencapai 25 penyimpanan dengan anggaran Rp 82,58 triliun. Berdirinya kilang diharapkan bisa menekan harga BBM di kawasan Indonesia Timur. Selama ini harga mahal karena tingginya ongkos distribusi.
’’Nanti kalau ada gelombang tinggi, tidak perlu khawatir BBM langka,’’ terangnya. Setiap storage diperkirakan bisa menyimpan bahan bakar sampai empat bulan. Setelah penyimpanan jadi, dia berharap cerita bensin seharga Rp 30 ribu per liter di Indonesia Timur tidak lagi terdengar.
Di tempat yang sama, VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menyatakan bahwa Indonesia butuh sedikitnya 3 juta kiloliter (kl) kapasitas kilang lagi. Tujuh kilang yang ada saat ini baru mengakomodasi 3 jutaan kl. ’’Semester ini ada dua storage besar yang siap beroperasi. Semoga bertambah terus,’’ tuturnya. (dim/c14/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Isyaratkan Siap Putus Hubungan dengan Prancis
Redaktur : Tim Redaksi