Alhamdulillah, Taliban Rundingkan Perdamaian dengan Afghanistan

Kamis, 16 Juli 2015 – 04:32 WIB

jpnn.com - KABUL - Kondisi keamanan di Afghanistan mungkin tenang dalam beberapa tahun ke depan. Itu terjadi jika pembicaraan damai yang tengah berlangsung antara pemerintah dan Taliban bisa mencapai kata sepakat. Yaitu, keduanya mengakhiri perang senjata yang berlangsung selama 13 tahun terakhir.  

Langkah perdamaian tersebut kemarin (15/7) diungkapkan pimpinan Taliban Mullah Omar saat memberikan pidato tahunan menjelang Idul Fitri. Tujuan utamanya tentu saja mengakhiri konflik berkepanjangan di negara itu. Omar dipuji-puji atas tindakannya tersebut. 
 
"Jika kita melihat dalam aturan agama kita, bertemu dan berinteraksi dengan musuh tidak dilarang," ujar Omar. Pernyataan itu sekaligus merupakan dukungan Omar terhadap pembicaraan damai tersebut. 
 
Pakistan menjadi salah satu pihak yang memfasilitasi. Pertemuan antara pemerintah dan perwakilan taliban sejatinya telah dilakukan secara informal dalam beberapa bulan belakangan ini. Namun, pertemuan terakhir yang dilakukan minggu lalu di Muree, utara Islamabad, Pakistan, merupakan langkah yang paling signifikan. 
 
Itu adalah pembicaraan yang dilakukan kali pertama oleh kedua pihak secara formal. Sebelumnya, Taliban selalu menolak jika diundang untuk bernegosiasi dengan pemerintah. Rencananya, pertemuan kedua berlangsung dalam  beberapa minggu. Namun, pemerintah Afghanistan maupun Taliban sama-sama tidak mau mengungkapkan lokasinya. 
 
Meski dunia internasional memuji langkah itu, tidak demikian halnya dengan mayoritas komandan Taliban. Mereka secara terbuka mempertanyakan kewenangan para negosiator. Para petinggi Taliban tersebut takut jika langkah itu malah membahayakan posisi Taliban ke depannya. Mereka takut generasi muda dan generasi tua Taliban akan terpecah. Namun, hal tersebut langsung dibantah Omar. 
 
"Semua mujahidin dan penduduk negara ini harus percaya bahwa dalam proses ini, saya akan kukuh membela hak hukum dan pandangan dari sudut mana pun. Tujuan dari pembicaraan ini adalah mengakhiri pendudukan di Afghanistan," tegas mantan presiden Afghanistan itu. 
 
Di sisi lain, pengamat politik Ahmad Saeedi mengungkapkan, langkah yang diambil Taliban saat ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Dulu Taliban tidak akan mau diajak duduk bersama sebelum seluruh tentara asing keluar dari Afghanistan. Pasukan NATO memang mengakhiri misinya di negara itu sejak Desember tahun lalu. Namun, masih ada sebagian pasukan yang ditempatkan untuk melatih pasukan Afghanistan hingga akhir 2016. 
 
"Tidak ada keraguan bahwa perubahan ini menunjukkan membaiknya perilaku kelompok Taliban. Kini giliran pemerintah Afghanistan memanfaatkan kesempatan ini dengan cerdas," ujar Saeedi. (AFP/Reuters/The Guardian/sha/c23/ami)

BACA JUGA: Kisah Pria yang Gagal Menjambret Malah Dapat Ganti Rugi Rp 150 Juta

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Dua Singa Bertarung dengan Kijang jadi Tontonan yang Dramatis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler