jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR Ali Taher Parasong mengatakan, pernyataan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi beberapa hari terakhir ini mencerminkan tidak lagi pada posisi seorang pemimpin yang mengarahkan, membimbing Kemenag agar berjalan sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Politikus senior PAN ini menilai, Menag Fachrul juga gagal paham mengenai fungsi agama dan pendidikan di Kemenag.
BACA JUGA: Soal Polemik Radikalisme & Good Looking, Menag Blunder, PWNU Jatim Minta Hati-hati
Apalagi, kata Ali, akhir-akhir ini Menag Fachrul sudah dua kali bicara radikalisme.
“Tanpa ingin mengecilkan Pak Menag, tidak ada sifat Ali Taher mengecilkan siapa pun, tetapi bicara check and balance, bapak ini cocoknya menjadi menteri pertahanan dan keamanan, menjadi menteri koordinator politik hukum dan keamanan ketimbang Menteri Agama,” kata Ali dalam rapat kerja dengan Menag Fachrul, Selasa (8/9).
BACA JUGA: Aparat Gabungan Bersenjata Bergerak ke Dalam Hutan, 3 Orang Langsung Disergap
Legislator dari daerah pemilihan (dapil) III Banten itu menyebut kenapa Menag tega mengatakan para ustaz, guru ngaji adalah bagian dari bibit radikalisme.
"Kok tega menyatakan bahwa para ustaz, para guru ngaji itu adalah bagian dari bibit-bibit radikalisme. Apakah itu betul atau tidak coba nanti Pak Menteri mengklarifikasi, tetapi publik sudah mengatakan itu. Sampai saya bertanya Pak Menteri Agama ini agamanya Islam atau bukan," ucap Ali.
BACA JUGA: Brankas Milik Yoon Yeong Zue Dibobol, Uangnya Banyak Banget, Pelaku Ternyata
Karena itu, Ali mengajak Menag Fachrul untuk berhenti berkata radikalisme. Ia menegaskan bahwa Islam itu adalah rahmatan lil alamin yang dibangun Nabi Muhammad SAW dengan penuh kasih sayang dan tidak ada kebencian.
Menurutnya, referensi-referensi mengenai radikalisme itu merupakan referensi orang luar terhadap umat Islam, yang membangun Islamophobia dan menghardik Islam.
“Tolong lihat ini Islam dalam konteks global, bukan dalam konteks Indonesia semata. Oleh karena itu, kami merasa sakit, pak, luar biasa,” katanya.
Ali mengatakan akan lebih berarti bila menag bicara fungsi pendidikan, ketimbang radikalisme. Dia menegaskan bahwa Menag akan sangat berharga bicara fungsi pendidikan dalam perspektif dakwah.
Menag Fachrul Razi menyatakan bahwa dirinya tidak pernah menganggap semua penceramah itu radikal. “Semua sudah dewasa, sama tuanya sama saya. Yang saya tidak sebut, tidak usah disebut-sebutlah,” katanya.
“Kalau Menteri Agama anggap semua penceramah itu radikal, tidak pernah saya katakan begitu. Tidak usahlah disebut begitu. Sama dewasa kita, sama kewajiban kita menjaga bangsa ini,” kata Fachrul dalam rapat setelah Ali Taher berbicara.
Fachrul meminta anggota dewan tidak melebih-lebihkan pernyataannya terkait radikalisme dalam webinar bertajuk "Strategi Menangkal Radikalisme pada Aparatur Sipil Negara" yang tayang di akun YouTube Kementerian PAN dan RB, Rabu (2/9) lalu.
“Saya lebih condong buka saja itu pembicaraan saya utuh. Tidak usah ditambah-tambah. Kalau orang lain ndak apa-apalah, tetapi kalau teman-teman DPR tidak usah menambah-nambahi. Sama-sama kita ingin menjaga bangsa ini. Saya setuju dengan bapak," katanya.
Fachrul menceritakan bagaimana dia berjuang dan berdakwah untuk Islam sejak masih taruna Akademi Militer.
Menag Fachrul juga menyinggung bagaimana kedekatannya dengan Prof Din Syamsuddin. Selain sebagai sahabat, mereka juga sering berdiskusi soal agama.
"Pak Din Syamsuddin, sahabat saya. Berkali-kali kami bertemu tatap muka, diskusi tentang Islam. Ada pertemuan kami secara periodik," lanjut Fachrul.
Untuk itu dia meminta kalau mau dibahas, silakan saja diputar ulang pernyataannya soal radikalisme tersebut. Kalau ada kata-kata yang salah dia meminta dikatakan salah. Sebab, waktu yang ada ketika webinar dengan KemenPAN-RB tidak banyak.
"Kalau saya tidak salah hanya 14 menit (waktu bicara-red), tetapi saya cerita juga sedikit, saya bilang radikalisme hati-hati karena juga disebabkan ketidakadilan dan sebagainya tetapi kan yang diangkat orang bukan itu, (tetapi) yang kata-kata ini (radikalisme),” kata Fachrul. (boy/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Boy