Allianz Life Indonesia Kejar Pertumbuhan Premi 9 Persen

Kamis, 11 Juli 2019 – 21:35 WIB
Ilustrasi kantor asuransi Allianz Life Indonesia. Foto: Thomas Kienzle/AFP

jpnn.com, JAKARTA - Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia Joos Louwerier mengatakan, kondisi industri asuransi di Indonesia pada awal 2018 cukup bagus.

Namun, beberapa peristiwa berdampak pada pasar. Di antaranya perang dagang antara AS dan Tiongkok, kenaikan harga minyak, serta meningkatnya suku bunga AS.

BACA JUGA: OJK Diminta Segera Ambil Langkah Sehatkan Industri Asuransi

“Akan tetapi, kami dapat mengatasi tantangan ini dengan pertumbuhan positif dengan memberikan solusi perlindungan yang inovatif dan layanan yang sangat baik,” kata Louwerier, Kamis (11/6).

BACA JUGA: Saran Petinggi Allianz Life Indonesia untuk Ortu soal Biaya Pendidikan Anak

BACA JUGA: Membedah Keunggulan 3 Produk Asuransi Andalan Avrist

Dia menambahkan, Allianz juga berkomitmen mendukung pemerintah meningkatkan penetrasi keuangan dan memberikan perlindungan kepada lebih banyak masyarakat Indonesia.

Pasar premi di Indonesia tumbuh rendah pada 2018. Hal itu disebabkan oleh adanya penurunan pada pertumbuhan premi asuransi jiwa.

BACA JUGA: Saran Petinggi Allianz Life Indonesia untuk Ortu soal Biaya Pendidikan Anak

Sebaliknya, premi property and casualty (P&C) tumbuh baik, bahkan meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.

Meski demikian, segmen P&C menyumbang hanya seperempat dari total kumpulan premi di luar asuransi kesehatan.

Pada tahun ini, Allianz Research mengharapkan pertumbuhan premi sekitar sembilan persen secara keseluruhan. Pasar asuransi Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk mengejar ketinggalan.

Premi per kapita mencapai Eur 50 pada 2018 alias setara dengan India. Di sisi lain, penetrasi hanya 1,5 persen. Sebagai perbandingan, penetrasi di Tiongko sudah mencapai 3,7 persen.

Allianz Research berharap pasar asuransi Asia akan terus pulih. Pertumbuhan premi global diperkirakan mencapai lima persen dalam dekade mendatang.

Ekspektasi pertumbuhan untuk Asia, tidak termasuk Jepang, lebih tinggi. Kawasan ini dapat tumbuh 9,4 persen per tahun selama dekade mendatang.

Di Indonesia, pertumbuhan pasar total diprediksi sebesar 12,5 persen. Secara terperinci, 13 persen untuk asuransi jiwa dan 10,7 persen untuk P&C.

Secara keseluruhan, sekitar 60 persen dari premi tambahan akan dihasilkan di Asia, tidak termasuk Jepang.

Industri asuransi di Asia, kecuali Jepang, hanya naik tipis 2,3 persen menjadi empat persen paa 2018 lalu.

Asia hanya menyumbang 16 persen dari pertumbuhan global. Hal itu merupakan penurunan sangat tajam dibandingkan pada 2017 yang mencapai 81 persen.

Mesin pertumbuhan global pada 2018 adalah dua pemain lama, yakni Amerika Serikat sebesar 42 persen dan Jepang (11 persen).

Banyak hal yang membuat industri asuransi kurang maksimal. Salah satunya ialah menyusutnya pasar asuransi jiwa di Tiongkok dan Korea Selatan pada 2018.

Kedua negara itu menyumbang 40 persen dari total kumpulan premi regional, tidak termasuk Jepang.

"Tahun 2018 tidak menandai akhir dari kisah pertumbuhan Asia. Sebaliknya, pengawasan yang lebih ketat di Tiongkok disambut baik, menandakan fase selanjutnya dari pembangunan yang lebih seimbang dan berkelanjutan,” ekonom dari Allianz Research Michaela Grimm.

Dia menambahkan, dengan kemajuan teknologi yang menakjubkan, Tiongkok adalah pasar yang harus diperhatikan.

“Ini adalah tempat terbaik untuk belajar tentang masa depan industri kita," kata Grimm.

Allianz Research memperkirakan tahun ini akan terjadi rebound di Asia, di luar Jepang. Pertumbuhan premi diprediksi bisa mencapai sebelas persen. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Asuransi Jiwa Sinarmas Bidik Premi Bersih Rp 6,342 Triliun


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler