Alsintan Tekan Biaya Operasional Petani Hingga 48 Persen

Selasa, 02 April 2019 – 07:07 WIB
Ilustrasi alsintan. Foto: Kementan

jpnn.com, KUNINGAN - Bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) dari pemerintah diperkirakan mampu menekan biaya operasional petani sekitar 35 persen hingga 48 persen.

Ini berarti bantuan tersebut mampu membantu aktivitas petani dalam memperlancar usahanya. Alsintan juga memperingan kerja para buruh tani.

BACA JUGA: PBNU Apresiasi Kinerja Mentan, Kiai Said Aqil: Pak Amran Sudah Mati-matian Membela Petani

Hal tersebut dikemukakan Direktur Jenderal Prasaranan dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy. Menurutnya, alsintan semakin berpengaruh pada kesejahteraan petani.

"Alsintan mampu menekan biaya operasional 35 hingga 48 persen dalam produksi petani. Dulu, petani bisa membajak sawahnya satu hektare selama berhari-hari. Kini cukup dua hingga tig jam saja," ujar Sarwo Edhy, Jumat (29/3).

BACA JUGA: Soal Bawang Merah, Mentan: Indonesia Mampu Serang Balik dengan Ekspor

Dengan perkembangan positif tersebut, dia berharap bantuan alsintan pada 2019 semakin banyak dan kian menyejahterakan petani.

Sebagai contoh, dengan combine harvester panen bisa secara otomatis dalam sekali jalan. Alat tersebut dilengkapi penebas, perontok, yang kemudian keluar dalam bentuk gabah.

BACA JUGA: Kementan Imbau Petani Beli Pestisida yang Sudah Terdaftar di Ditjen PSP

Petani bisa langsung memasukkan gabah ke dalam karung sehingga waktu bisa terpangkas dengan efisien.

"Di beberapa tempat, luasan panen mencapai tiga hektare dan bisa dilakukan dalam waktu tiga jam saja asalkan cuaca bagus dan tanah tidak lembek," ujarnya.

Salah satu buruh tani Desa Kagugede, Kecamatan Kagugede, Kabupaten Kuningan bernama Abdul Hamid kini sudah tak perlu lagi menguras tenaganya untuk menggarap lahan sawahnya. Hal itu berkat bantuan alsintan yang digulirkan selama ini.

Abdul pun menyambut baik bantuan itu. Dia mengaku diuntungkan bantuan traktor Kementan meski harus merogoh kocek.

"Kalau untuk mengelola lahan sawah kami menggunakan traktor, karena biayanya lebih murah dan yang terpenting lebih cepat. Kalau kami nyangkul, lama sekali. Biayanya juga lebih hemat dan yang terpenting lebih cepat," kata Abdul.

Dia menjelaskan, untuk membajak sawah menggunakan cangkul atau kerbau dalam satu petak minimal harus merogoh Rp 500 ribu. Sementara itu, menggunakan traktor hanya mengeluarkan biaya Rp 100.000- Rp 120.000.

"Alhamdulillah produksi kami juga lebih meningkat. Harga gabah kering kami juga Rp 5.000 per kg. Mudah-mudahan pemerintah bisa menaikkan lagi jadi Rp 6.000," kata Abdul.

Di sela kunjungan kerja Apresiasi dan Singkronisasi Program Kementerian Pertanian Tahun 2019 di Desa Kagugede, Kecamatan Kagugese, Kabupaten Kuningan, Abdul juga menyampaikan bahwa beberapa bantuan pemerintah hanya mampir di kelompok tani.

"Bantuan pemerintah selalu masuk, baik itu pupuk, pompa air dan alat mesin pertanian. Namun, kadang-kadang bantuan, seperti pupuk dijual lagi. Jadi, kami nggak bisa merasakan," kata Abdul.

Selain itu, dia juga mengaku lahan pertanian Kadugede kian menyusut. Di sekitar hektaran lahan sawah itu banyak bangunan-bangunan baru, seperti bangunan sekolah, lapangan dan perumahan lainnya. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Alsintan Bikin Masa Depan Pertanian Brebes Cerah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kementan  

Terpopuler