jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) terus berupaya meningkatkan produksi pertanian untuk mencapai kedaulatan pangan yang dicita-citakan.
Satu hal yang terus diupayakan adalah melalui bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) bagi kelompok tani untuk mengolah lahan pertanian mulai tahap penyiapan lahan, penggarapan lahan, penanaman, panen, hingga pasc panen.
BACA JUGA: MIA Percepat Tumbuhkan Generasi Petani Melenial
Mesin transplanter merupakan salah satu alsintan yang dikenalkan oleh Kementan kepada para petani dalam rangka modernisasi pertanian.
Dengan menggunakan mesin transplanter petani membutuhkan tenaga yang lebih sedikit untuk menanam padi.
BACA JUGA: Kementan Imbau Petani Waspadai El Nino
Bahkan, mesin transplanter bisa menentukan jarak antartanaman padi yang memungkinkan untuk pertumbuhan optimal.
"Perkembangan zaman membuat tak banyak lagi buruh tani yang tersisa. Di Indonesia, pemilik sawah masih tergolong banyak. Masalah datang ketika musim tanam tiba. Para petani dan pemilik lahan tidak memiliki sumber daya manusia yang mencukupi untuk membantu proses penanaman padi," ujar Dirjen PSP Sarwo Edhy, Jumat (19/4).
BACA JUGA: Lampung Utara Target Asuransikan 750 Sapi Betina
Namun, dengan kehadiran mesin transplanter, hal ini bisa diatasi. Petani tidak perlu lagi bingung masalah kekurangan tenaga karena bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin.
Rice transplanter bisa menanam padi secara otomatis pada lahan yang sudah disiapkan.
"Mesin ini juga bekerja dalam waktu yang lebih cepat daripada menggunakan tenaga manusia. Dengan menggunakan mesin ini, petani malah diuntungkan karena pekerjaan selesai secara lebih efisien dan praktis," paparnya.
Kehebatan mesin transplanter untuk membantu petani menanam padi sudah seharusnya tidak diragukan lagi.
Pasalnya, alsintan andalan Kementan ini bisa memperkirakan jarak yang tepat antarpadi untuk bertumbuh.
Mesin transplanter menerapkan jarak 20x25 cm, lebih sempit daripada jika ditanam oleh manusia yang membutuhkan jarak 30x30cm.
Jarak yang lebih sempit ini tentu bisa meningkatkan efektivitas lahan karena memungkinkan lebih banyak padi ditanam.
"Jarak yang penanaman yang lebih presisi jika dilakukan dengan transplanter, juga memiliki efek yang baik bagi tumbuhan. Padi yang ditanam pada jarak yang sama, memungkinkan tanaman ini untuk tumbuh lebih tinggi. Di samping itu, padi juga lebih tahan hama jika dibandingkan penanaman secara manual," tutur Sarwo Edhy.
Saat awal alsintan ini dikenalkan oleh Kementan untuk mempermudah proses produksi padi, mungkin banyak yang bingung tentang cara penggunaannya. Padahal, mesin transplanter ini sangatlah mudah dalam penggunaannya. Petani tak perlu butuh banyak waktu untuk menanam padi di sepetak sawah.
"Anda hanya perlu melakukan pembibitan dalam baki mesin transplanter, hingga menghasilkan gulungan bibit padi siap tanam," terangnya.
Selanjutmya, letakkan bibit padi di atas mesin. Jika sudah, hanya perlu menjalankan mesin supaya padi tertanam secara otomatis. Cara modern untuk menanam padi ini tentu sangat menghemat waktu dan biaya.
"Sudah banyak petani yang mengatakan bisa panen setelah 90 hari, alih-alih 95 hari jika dilakukan secara tradisional. Biaya untuk pengurusan lahan hingga penanam pun bisa dihemat hingga 50 persen," pungkasnya. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Strategi Kementan Tingkatkan Pengetahuan Petani Bali
Redaktur : Tim Redaksi