KENDARI - Aksi kebrulatan polisi yang melakukan pengamanan aksi demo penolakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kendari, kemarin, terus memakan korban. Hingga kemarin, tercatat delapan korban yang harus dirawat intensif di sejumlah rumah sakit di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Mereka yang menjadi korban kebrutalan pengamanan demo yakni Imran, Val Aldiano, Rafiudin, Adrianto, Muh Ikbal, Jusrin dan Rivai. Ketujuh mahasiswa ini terluka atas pukulan dari oknum polisi, termasuk terkena selonsong peluru karet dan setrum listrik.
Sedangkan satu wartawan media cetak (Rakyat Sultra) Ismet, masih menjalani pengobatan di RS Bhayangkara, setelah dihakimi puluhan oknum Brimob hingga pingsan saat melakukan liputan di simpang tiga Kampus Baru Unhalu, Selasa (19/6) sekitar pukul 22.30 Wita.
Akibat pemukulan itu, Ismet mengalami luka serius pada bagian kepala sebanyak tujuh jahitan, dahi tiga jahitan, luka memar pada pipi kiri, tangan dan dada. "Saat mahasiswa di pukul sama polisi, saya berusaha ambil foto. Melihat saya, polisi langsung menarik memukul. Bahkan ada yang menendang. Jumlahnya ada sekitar 30 orang polisi yang memukul saya hingga pingsan ," kata Ismet saat ditemui setelah siuman di RS Bhayangkara seperti yang dilansir Kendari Pos (JPNN Group), Jumat (21/6).
Perlakuan yang sama juga dialami fotografer Kendari Pos, Suwarjono. Meski tak separah yang dialami Ismet, namun Jojon--sapaan akrab Suwarjono-- mendapat pukulan dibagian kepala dan saat mengambil gambar aksi demo di depan kampus Unhalu.
Akibatnya, kamera yang digunakan rusak. Ini karena kepolisian tidak mau diliput aksi brutal yang dilakukan pada demonstran. Mereka terlihat membabi buta melawan mahasiswa, seolah musuh dalam perang. Untuk menahan massa, polisi berbaris tiga lapis.
"Sementara ambil foto, tiba-tiba dari belakang saya dipukul dengan tongkat, padahal saya menggunakan id card namunmereka tidak peduli," kata Suwarjono. (m1/awa/jpnn)
Mereka yang menjadi korban kebrutalan pengamanan demo yakni Imran, Val Aldiano, Rafiudin, Adrianto, Muh Ikbal, Jusrin dan Rivai. Ketujuh mahasiswa ini terluka atas pukulan dari oknum polisi, termasuk terkena selonsong peluru karet dan setrum listrik.
Sedangkan satu wartawan media cetak (Rakyat Sultra) Ismet, masih menjalani pengobatan di RS Bhayangkara, setelah dihakimi puluhan oknum Brimob hingga pingsan saat melakukan liputan di simpang tiga Kampus Baru Unhalu, Selasa (19/6) sekitar pukul 22.30 Wita.
Akibat pemukulan itu, Ismet mengalami luka serius pada bagian kepala sebanyak tujuh jahitan, dahi tiga jahitan, luka memar pada pipi kiri, tangan dan dada. "Saat mahasiswa di pukul sama polisi, saya berusaha ambil foto. Melihat saya, polisi langsung menarik memukul. Bahkan ada yang menendang. Jumlahnya ada sekitar 30 orang polisi yang memukul saya hingga pingsan ," kata Ismet saat ditemui setelah siuman di RS Bhayangkara seperti yang dilansir Kendari Pos (JPNN Group), Jumat (21/6).
Perlakuan yang sama juga dialami fotografer Kendari Pos, Suwarjono. Meski tak separah yang dialami Ismet, namun Jojon--sapaan akrab Suwarjono-- mendapat pukulan dibagian kepala dan saat mengambil gambar aksi demo di depan kampus Unhalu.
Akibatnya, kamera yang digunakan rusak. Ini karena kepolisian tidak mau diliput aksi brutal yang dilakukan pada demonstran. Mereka terlihat membabi buta melawan mahasiswa, seolah musuh dalam perang. Untuk menahan massa, polisi berbaris tiga lapis.
"Sementara ambil foto, tiba-tiba dari belakang saya dipukul dengan tongkat, padahal saya menggunakan id card namunmereka tidak peduli," kata Suwarjono. (m1/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demonstrasi Anarkistis di Kendari, Polisi-Wartawan Luka Parah
Redaktur : Tim Redaksi