Amati Kelainan Bentuk Kaki dan Tungkai sejak Dini

Kamis, 25 Desember 2014 – 15:48 WIB
Foto: Raka Denny/Jawa Pos

jpnn.com - KAKI merupakan fondasi tubuh. Bentuk kaki yang tidak ”semestinya” akan berpengaruh terhadap struktur kaki dan tungkai. Misalnya, bentuk kaki O atau X. Gangguan itu sering dianggap sepele dan diabaikan.

 

Yang dimaksud dengan kaki adalah bagian setelah pergelangan kaki. Kemudian, tumit hingga lutut merupakan tungkai bawah, berlanjut ke paha disebut tungkai atas.

BACA JUGA: Perlukah Berolahraga saat Sakit?

”Bila di bagian bawahnya ada gangguan, itu dapat berpengaruh terhadap struktur kaki karena titik berat tubuh jatuh pada tempat yang kurang tepat,” ujar dr Meidy H. Triangto SpKFR saat ditemui di klinik Kid’s Foot Rehabilitation Center RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.

BACA JUGA: Perempuan Perokok Pasif Lebih Rentan Terserang Penyakit Paru

Jenis kelainannya beberapa macam. Di antaranya, telapak kaki datar (flat feet) dan lengkung kaki terlalu tinggi (high arch). Kelainan di bawah mengakibatkan lutut berotasi ke luar atau ke dalam. Akhirnya, timbul kelainan gaya jalan.

Ada yang toe in (kaki mengarah ke dalam) atau toe out (mengarah ke luar). Selanjutnya, ada kelainan bentuk tungkai genu valgum (menyerupai huruf X) dan genu varum (menyerupai huruf O).

BACA JUGA: Makanan Terbaik untuk Mengatasi Flu

”Sebenarnya, itu merupakan variasi sudut lutut yang normal pada fase pertumbuhan,” ujar Meidy. Bentuk kaki anak hingga usia dua tahun akan membentuk sudut ke dalam (O).

Kemudian, bentuknya berubah ke luar menjadi seperti X hingga usia empat tahun. Selanjutnya, sudut turun hingga berangsur 0 (nol) yang merupakan kondisi normal pada usia sebelum enam tahun.

”Patokannya, pada usia setelah empat tahun, jarak kedua mata kaki maksimal 4 sentimeter (pada anak dengan berat badan normal). Sudut lutut maksimal 8 derajat,” papar dokter spesialis yang spesifik menangani bentuk kaki dan tungkai anak tersebut.

Untuk menjaga agar sudut lutut tidak membesar dan berangsur normal, bisa dibantu dengan pemakaian sepatu yang tepat. ”Pemakaian sepatu seharusnya dilakukan sejak anak mulai merangkak, kemudian belajar berjalan,” katanya. Sepatu yang tepat adalah sepatu bertutup, bukan sepatu sandal.

Begitu pula telapak kaki datar. Pada bayi, kondisi tersebut merupakan hal normal karena dilapisi bantalan lemak dan belum aktif digunakan. Setelah anak belajar berjalan, secara bertahap pola lengkung kaki akan terlihat. Umumnya, anak bisa berjalan pada usia 18 bulan. Dalam waktu enam bulan diharapkan sudah terbentuk arch-nya.

”Pada usia dua tahun kalau masih flat feet harus diatasi agar tidak berpengaruh ke atas (tungkai). Meski ada pula anak yang memang memiliki telapak kaki datar, namun bentuk tungkainya normal,” urainya.

Jika telapaknya datar, namun bentuk tungkai normal (tidak O maupun X), itu cukup ditopang dengan pemakaian sepatu yang memiliki arch.

Kepada pasien anak dengan kelainan bentuk kaki dan tungkai, dokter akan memeriksa sudut kaki dan arah rotasi lutut. Juga foot print dan foot scan untuk mengetahui arah kaki anak saat berjalan serta titik berat tubuh.

Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan sudutnya tidak normal sesuai usianya, dilakukan tindakan koreksi. Di antaranya, dibuatkan insole khusus untuk menopang dan membantu sudutnya menjadi lebih kecil.

Kelainan kaki O atau X bisa dikoreksi dengan pemakaian insole khusus, sepatu dengan penahan besi untuk menarik tulang ke posisi yang benar, atau mermaid splint (alat bebat tungkai yang dipakaikan ketika anak tidur).

Untuk kaki datar, terapi yang diberikan sejak bayi adalah memakaikan sepatu khusus dan ankle foot orthose saat mulai belajar berjalan. Dengan pemakaian rutin disertai fisioterapi, proses koreksi dapat berlangsung lebih cepat dengan hasil optimal. (nor/c6/jan)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Batik Tulis Solo yang Seksi dan Menggoda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler