jpnn.com, WASHINGTON - Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa pihaknya berencana mengakhiri embargo senjata terhadap Siprus yang sudah berjalan selama 33 tahun terakhir. Rencana AS itu langsung memicu reaksi keras dari Turki.
Agresi Turki pada 1974 memecah wilayah Siprus jadi dua bagian. Turki hanya mengakui Republik Siprus Utara, yang merupakan boneka Ankara. Namun, negara itu tidak diakui oleh negara lain. Beberapa perundingan damai sempat berlangsung, tetapi tidak berhasil.
BACA JUGA: Kapal Perang Amerika Kembali Singgah di Taiwan, Tentara Tiongkok Mana Ya?
Pemerintah AS menjatuhkan embargo senjata ke Siprus pada 1987 untuk mendorong penyatuan wilayah dan menghindari ancaman adu kekuatan senjata di negara pulau tersebut.
“Siprus merupakan mitra penting di wilayah Mediterania Timur,” kata Pompeo di media sosial Twitter, Rabu (2/8).
BACA JUGA: COVID-19 Makin Ganas, Amerika Serikat di Ambang Rekor Baru
“Kami akan mencabut pembatasan penjualan alat pertahanan dan jasa terkait untuk Republik Siprus pada tahun fiskal mendatang,” terang Pompeo.
Langkah AS itu diumumkan Pompeo di tengah memuncaknya ketegangan di Mediterania Timur antara Turki, sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Yunani.
BACA JUGA: Amerika Kembali Bantu Indonesia Memerangi COVID-19, Ada Pak Prabowo dan Pak Anies
Turki dan Yunani memperebutkan hak kepemilikan perairan di wilayah Mediterania Timur yang diduga menyimpan banyak sumber hidrokarbon. Keduanya punya pendapat berbeda mengenai jarak antara landas kontinen ke perairan sengketa tersebut.
Presiden Siprus Nicos Anastasiades setelah berbicara lewat telepon dengan Pompeo mengatakan pihaknya menyambut baik rencana AS itu.
Namun, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan langkah itu mengabaikan kesetaraan dan keseimbangan di Siprus. Turki meminta AS meninjau kembali rencana pencabutan embargo senjata tersebut.
“Jika tidak, Turki sebagai negara penjamin, akan menggunakan tanggung jawab hukum dan historisnya memastikan keamanan rakyat Siprus,” kata pihak kementerian lewat pernyataan tertulis.
Turki dan AS mengatakan keduanya siap menyelesaikan masalah lewat dialog, tetapi dua negara itu menegaskan masing-masing pihak tetap mempertahankan haknya.
Dua negara itu kerap menggelar latihan militer di wilayah sengketa sehingga menyebabkan banyak pihak khawatir konflik antara Turki dan Yunani dapat meluas. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil