jpnn.com, ATLANTA - Amerika Serikat terancam menjadi negara pertama dengan 200 ribu kematian akibat COVID-19. Jika tidak ada perbaikan, Negeri Paman Sam bakal mencapai rekor buruk itu bulan depan.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat pada Minggu (30/8), melaporkan 1.006 kematian baru akibat COVID-19 sehingga menambah total menjadi 182.149 kematian.
BACA JUGA: Warga Amerika Tidak Keluar Rumah 3 Hari, Pintu Kontrakan Dibuka, Merta Terkejut
Sejauh ini CDC sudah melaporkan total 5.934.824 kasus COVID-19, termasuk 44.292 kasus tambahan pada Minggu.
Hingga kini AS menempati posisi teratas sebagai negara yang paling parah terkena dampak pandemi COVID-19 dalam aspek jumlah kasus dan korban kematian.
BACA JUGA: Menlu Retno Marsudi Punya Kabar Baik untuk Republik Islam Iran, Ini soal Amerika
Mengenai tingginya angka kasus infeksi, Presiden Donald Trump berlogika bahwa wajar jika AS menemukan banyak kasus penularan karena AS melakukan uji corona secara masif. Jika satu negara tak melakukan uji secara masif, kasus yang ditemukan pun akan rendah.
Karena itu beberapa waktu lalu Trump mengusulkan kepada otoritas kesehatan bahwa warga negara AS yang tak menunjukkan gejala corona, tak perlu diuji.
BACA JUGA: Filipina Ancam Tendang Perusahaan Tiongkok yang Masuk Daftar Hitam Amerika
Namun anjuran Trump yang dijadikan panduan otoritas di level federal mengenai uji corona, bahwa sebaiknya dilakukan kepada orang yang menunjukkan gejala, tak diikuti oleh beberapa negara bagian.
Otoritas California, New York dan Texas menyatakan bahwa mereka akan tetap melakukan uji corona terhadap mereka yang tak memperlihatkan gejala COVID-19 namun menjadi kontak dekat dengan pengidap virus corona. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil