"Sekitar 61 persen dari luas tanah di Amerika kini kering, membuat sebagian besar pertanian tanaman jagung dan kedelai mengalami gagal panen," ujar Tom Vilsack Menteri Pertanian Amerika Serikat seperti dimuat The Telegraph (17/7).
Beberapa negara bagian yang dilanda kemarau umumnya terletak di bagian selatan Amerika, namun laporan terbaru para pejabat pertanian mengatakan lahan-lahan ladang di utara juga mulai kering. Amerika merupakan produsen utama jagung dan kedelai di dunia, dua tanaman yang digunakan untuk pakan ternak dan produksi pangan.
"Kemarau telah memicu kenaikan harga jagung dan kedelai, membuat harga jagung mencapai USD 7,8 per karung (Rp 74 ribu) atau melonjak 38 persen dalam beberapa pekan ini. Sementara harga kedelai mencapai yang tertinggi dalam empat tahun terakhir," ujarnya.
Dijelaskannya, dampak kemarau kali ini sulit diprediksi, antara lain karena terbatasnya curah hujan di beberapa daerah dan penggunaan bibit yang tahan kemarau telah membantu tanaman tetap tumbuh baik di beberapa tempat. Meskipun terjadi kemarau, dia menambahkan panen jagung di Amerika merupakan yang terbesar ketiga – antara lain karena lebih banyak ladang yang ditanami jagung tahun ini.
Menurut statistik pemerintah wilayah AS mengalami kekeringan moderat atau ekstrim pada akhir Juni lalu. Sehingga jagung dan kedelai yang merupakan komoditas utama Amerika telah terpukul selama tiga bulan terakhir. Lebih dari 1.000 distrik di seluruh negeri menderita bencana alam akibat kekeringan.
Gelombang panas terakhir melampaui suhu 104F (40C) di kota-kota, dari Kentucky hingga Pennsylvania. Suhu ekstrim tercatat dilaporkan hingga mencapai 107F (41.7 C) di Washington DC dan mengakibatkan kematian di New York City.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjara Berkeamanan Tinggi Dijebol Kucing Hutan
Redaktur : Tim Redaksi