JAKARTA--Pemerintah terus berupaya memasukkan kelapa sawit dalam daftar produk ramah lingkungan atau APEC Enviromentals Goods (EGs). Setelah gagal melobi negara APEC pada pertemuan di Surabaya April lalu, pemerintah bakal meminta Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau Environmental Protection Agency (EPA) menyelidiki produk sawit Indonesia.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengungkapkan pada kunjungannya ke negeri Paman Sam dua minggu lalu, pihaknya telah bertemu pimpinan EPA. Pihaknya meminta EPA mengirimkan tim ke Indonesia untuk menyelidiki produk sawit Indonesia. Penyelidikan tersebut terkait dengan kandungan emisi karbon yang terjadi di perkebunan kelapa sawit Indonesia. "Mereka bersedia, Selasa lalu timnya sudah tiba untuk melakukan pembahasan selanjutnya," terangnya.
Seperti yang diketahui, produk kelapa sawit gagal masuk ke pasar APEC lantaran dinilai tidak memenuhi standart lingkungan yang ditetapkan oleh EPA. Berdasarkan hasil pengujian EPA, CPO Indonesia masih menghasilkan emisi karbon 20 persen. Padahal standart EPA menetapkan maksimum 17 persen saja.
Langkah awal penyelidikan tersebut, lanjut Gita, tim EPA bakal bertemu dengan pihak Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, pelaku usaha, dan ahli perkebunan sawit. Lalu dilanjutkan dengan penyelidikannya yang bakal dimulai minggu depan. Gita berkata hasil penyelidikan tersebut nantinya bakal diumumkan Juli nanti.
Gita menerangkan hasil penyelidikan dari EPA tersebut bakal menentukan nasib produk kelapa sawit ke depan. Sebab hasil dari EPA tidak hanya diakui oleh Amerika Serikat tapi seluruh dunia. "Ini menjadi harapan. Hasilnya nanti bisa ditunjukkan saat forum APEC di Bali Oktober nanti. Ini bisa menjadi pertimbangan besar produk kelapa sawit masuk dalam EGs," ucapnya.
Sebagai gambaran EGs merupakan fasilitas fiskal yang disepakati oleh anggota APEC berupa pengurangan tarif masuk. Jika suatu produk masuk daftar itu maka bea masuk ditetapkan di bawah lima persen. Saat ini ada 54 produk yang terdaftar dalam EGs. "Masuk ke EGs akan menguntungkan perekonomian kita ke depan. Sawit kan salah satu komoditas unggulan Indoesia," katanya. (uma)
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengungkapkan pada kunjungannya ke negeri Paman Sam dua minggu lalu, pihaknya telah bertemu pimpinan EPA. Pihaknya meminta EPA mengirimkan tim ke Indonesia untuk menyelidiki produk sawit Indonesia. Penyelidikan tersebut terkait dengan kandungan emisi karbon yang terjadi di perkebunan kelapa sawit Indonesia. "Mereka bersedia, Selasa lalu timnya sudah tiba untuk melakukan pembahasan selanjutnya," terangnya.
Seperti yang diketahui, produk kelapa sawit gagal masuk ke pasar APEC lantaran dinilai tidak memenuhi standart lingkungan yang ditetapkan oleh EPA. Berdasarkan hasil pengujian EPA, CPO Indonesia masih menghasilkan emisi karbon 20 persen. Padahal standart EPA menetapkan maksimum 17 persen saja.
Langkah awal penyelidikan tersebut, lanjut Gita, tim EPA bakal bertemu dengan pihak Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, pelaku usaha, dan ahli perkebunan sawit. Lalu dilanjutkan dengan penyelidikannya yang bakal dimulai minggu depan. Gita berkata hasil penyelidikan tersebut nantinya bakal diumumkan Juli nanti.
Gita menerangkan hasil penyelidikan dari EPA tersebut bakal menentukan nasib produk kelapa sawit ke depan. Sebab hasil dari EPA tidak hanya diakui oleh Amerika Serikat tapi seluruh dunia. "Ini menjadi harapan. Hasilnya nanti bisa ditunjukkan saat forum APEC di Bali Oktober nanti. Ini bisa menjadi pertimbangan besar produk kelapa sawit masuk dalam EGs," ucapnya.
Sebagai gambaran EGs merupakan fasilitas fiskal yang disepakati oleh anggota APEC berupa pengurangan tarif masuk. Jika suatu produk masuk daftar itu maka bea masuk ditetapkan di bawah lima persen. Saat ini ada 54 produk yang terdaftar dalam EGs. "Masuk ke EGs akan menguntungkan perekonomian kita ke depan. Sawit kan salah satu komoditas unggulan Indoesia," katanya. (uma)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan Likuidator Gugat Beberapa Perusahaan Jepang
Redaktur : Tim Redaksi