jpnn.com - Perang di Semenanjung Korea tampaknya semakin hari semakin mendekati kenyataan. Keberhasilan Korea Utara melakukan uji coba misil beberapa hari lalu membuat musuh-musuhnya berang luar biasa.
Korea Selatan menganggap manuver terakhir tetangga terdekat sekaligus musuh bebuyutannya tersebut sudah kelewatan, dan tak cukup lagi direspons dengan sekadar kecaman.
BACA JUGA: Astaga! Trump Tuding Korsel dan Jepang Melempem
Kemarin, Rabut (5/7), Korsel bersama Amerika Serikat menembakkan beberapa misil ke arah negara yang dipimpin Kim Jong-un itu. Misil jarak pendek tersebut jatuh di laut Jepang.
Militer kedua negara memang sedang berlatih secara gabungan. Mereka unjuk kemampuan sekaligus mengirim pesan ke Korut bahwa pihaknya mampu menembakkan rudal secara presisi ke negara mereka saat kondisi darurat nanti. Yang dimaksud tentu jika Pyongyang sampai benar-benar menyerang Seoul.
BACA JUGA: Uji Coba Rudal Sukses, Pyongyang: Korut Mampu Menyerang Lokasi Mana Pun
”Provokasi Korut membuat kami bereaksi lebih dari sekadar sebuah pernyataan,” ujar Presiden Korsel Moon Jae-in.
Korsel dan AS sudah lama bersekutu. Ada 28.500 prajurit AS yang ditempatkan di Korsel. Secara teknis, Korut dan Korsel masih berada dalam kondisi perang sejak 1953.
BACA JUGA: Ini Pengalaman Berharga yang Dipetik Timnas Basket Indonesia Selama TC di AS
Dua negara di Semenanjung Korea itu hanya menandatangani perjanjian damai dan melakukan gencatan senjata demi mengakhiri Perang Korea.
Komandan Pasukan Gabungan AS Jenderal Vincent Brooks menegaskan bahwa satu-satunya yang menjadi pemisah antara gencatan senjata dan perang dengan Korut adalah karena mereka menahan diri. Namun, jika ada perintah dari pimpinan mereka, tidak tertutup kemungkinan serangan betulan akan dilakukan.
Korut memang telah membuat berang negara-negara lain lantaran terus-menerus menggelar uji coba misil dan nuklir. Dewan Keamanan (DK) PBB kemarin langsung menggelar rapat dararut untuk membahas tindakan Pyongyang.
Bisa jadi, DK PBB akan menelurkan sanksi-sanksi tambahan. Namun, sebagaimana sanksi-sanksi sebelumnya, Korut mungkin lagi-lagi tak menggubris. Pertemuan G-20 di Hamburg, Jerman, Jumat (7/7) juga bakal membahas tentang Korut.
Alih-alih menahan diri seperti permintaan sekutu-sekutunya, Korut malah menambah panas situasi dengan menyatakan bahwa Hwasong-14 alias KN-14 yang diuji coba pada Selasa pagi (4/5) itu mampu membawa hulu ledak nuklir berukuran besar.
Lewat kantor berita KCNA, Kim Jong-un mengungkapkan bahwa kini kemampuan presenjataan negaranya telah lengkap. Mereka memiliki bom atom, bom hidrogen, serta misil balistik interkontinental (ICBM).
Militer AS mengonfirmasi kebenaran bahwa yang diuji coba Korut itu adalah ICBM. Bukan sekadar misil jarak menengah seperti dugaan awal.
Korut juga tidak akan bernegosiasi dengan AS dan menyerah untuk mengembangkan persenjataan mereka. Kecuali, negeri yang dipimpin Donald Trump itu menghentikan kebijakan-kebijakan anti-Pyongyang. Selama AS masih bersikap keras, Kim Jong-un akan terus mengirimkan ”kado” berupa uji coba persenjataan.
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menegaskan, dibutuhkan aksi global untuk menghentikan Korut.
”Negara yang menampung pekerja Korut memberikan keuntungan ekonomi maupun militer ataupun gagal mengimplementasikan resolusi DK PBB sepenuhnya. Maka, negara itu tengah mendanai dan bersekongkol dengan rezim yang berbahaya,” tegasnya.
Sementara itu, dua sekutu Korut, Rusia dan Tiongkok, menolak penyelesaian masalah dengan serangan militer maupun tekanan ekonomi. Dua negara tersebut tetap berharap agar masalah Korut diselesaikan dengan dialog.
”Tugas denuklirisasi seluruh Semenanjung Korea tidak bisa dan tidak seharusnya digunakan sebagai upaya penyamaran untuk mengubah rezim Korut. Itu sikap kami saat ini,” tandas Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. (Reuters/AFP/BBC/sha/c16/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ya Ampun, Bu Loryn Ketahuan Menggauli Siswa Sendiri hingga Enam Kali
Redaktur & Reporter : Adil