Amerika Setop 44 Penerbangan ke China, Beijing: Itu Tidak Masuk Akal

Selasa, 25 Januari 2022 – 22:28 WIB
Dok - Pesawat berbadan lebar milik maskapai China Air sedang parkir di Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing (BCIA). Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie

jpnn.com, BEIJING - Pemerintah Amerika Serikat menangguhkan 44 jadwal penerbangan dari negara tersebut ke China yang berlaku efektif mulai 30 Januari hingga 29 Maret 2022 sebagai tindakan pencegahan penularan COVID-19.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Zhao Lijian di Beijing, Senin (24/1), mengecam tindakan AS tersebut.

BACA JUGA: Menlu Inggris Sebut Negara Barat Kesatria Demokrasi, Musuh Diktator Global China dan Rusia

"Dengan dalih pengecualian dan perlakuan khusus untuk kepentingan pribadi, AS telah menangguhkan penerbangan maskapai China tanpa alasan," ujarnya.

Tindakan tersebut, lanjut dia, dapat mengganggu kegiatan operasional maskapai penerbangan China.

BACA JUGA: Demi Cuan, China dan Iran Terang-terangan Abaikan Sanksi Amerika

"Itu (tindakan) sewenang-wenang, tidak masuk akal, dan sangat tidak bertanggung jawab," kata Zhao.

Menurut dia, sejak Juni 2020 China secara ketat menerapkan tindakan untuk memutus dan membendung penyebaran COVID-19 lintas-batas negara melalui protokol kesehatan yang ketat.

BACA JUGA: China dan 2 Rival Amerika Gelar Latihan Militer Bersama, Lokasi Masih Rahasia

"Sebagian besar maskapai penerbangan asing menghormati dan mengikuti kebijakan ini," ujarnya.

Oleh sebab itu, Zhao mendesak AS untuk menghormati kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara medis dan sains.

"Jangan membatasi lalu lintas perpindahan masyarakat biasa antara China dan AS," ucapnya.

Di antara 44 jadwal penerbangan yang ditangguhkan itu, terdapat empat maskapai China, yakni Air China, China Southern Airlines, China Eastern Airlines, dan Xiamen Airlines, yang semuanya milik pemerintah China.

Sebelum pandemi, terdapat sekitar 100 jadwal penerbangan China-AS dalam sepekan.

Namun pada saat pandemi, jadwal penerbangan di jalur kedua negara itu berkurang hingga tinggal 20 saja. (ant/dil/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

 

Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler