Amerika Temukan Kasus Kedua MERS

Selasa, 13 Mei 2014 – 12:40 WIB

jpnn.com - NEWYORK--Departemen Kesehatan Amerika mengkonfirmasi kasus kedua MERS di negara itu.

Virus mematikan yang pertama kali ditemukan di Timur Tengah itu menyerang seorang pasien yang saat ini dalam kondisi baik, di Rumah Sakit Orlando, Florida.

BACA JUGA: Meski Diblokir, Facebook Berencana Buka Kantor di Tiongkok

Sang pasien berusia 44 tahun itu adalah seorang pekerja kesehatan yang tinggal dan bekerja di Arab Saudi. Dia tengah melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk mengunjungi kerabatnya. Kini tengah dirawat di Rumah Sakit Dr P. Phillips Orlando sejak 9 Mei lalu.

Kasus pertama Middle East Respiratory Syndrome atau MERS mencapai tanah AS dikonfirmasi akhir bulan lalu di Indiana. Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang penyebaran global virus yang hingga kini belum ditemukan penangkalnya dan membunuh sekitar sepertiga dari pasien yang terinfeksi.

BACA JUGA: Monumen Washington Sudah Dibuka untuk Umum

"Dua kasus ini tidak berhubungan satu sama lain," kata Dr Anne Schuchat, direktur Pusat Nasional untuk Imunisasi dan Penyakit Pernapasan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, seperti dilansir Reuters, (12/5).

Pasien terbaru melakukan perjalanan pada 1 Mei dari Jeddah ke London dengan Saudi Airlines Flight 113, kemudian pindah pesawat di Bandara Heathrow dan terbang dari London ke Boston. Dari Boston, pasien terbang ke Atlanta. Kemudian ganti pesawat ke Orlando.

BACA JUGA: Tukar Tahanan dengan Gadis yang Diculik

Menurut Schuchat, pasien sudah merasa kurang sehat saat penerbangan dari Jeddah, tetapi merasa belum memerlukan pengobatan sampai Jumat lalu. CDC sendiri kemudian mengkonfirmasikan positif virus MERS pada 11 Mei kemarin.

Meski tidak jelas di mana rumah sakit tempat pasien bekerja selama di Arab Saudi, namun Schuchat meyakini kemungkinan fasilitas yang merawat pasien terduga dengan MERS .

CDC sendiri mengaku belum mengetahui apakah pasien tersebut menularkan virus itu di pesawat, sebagai langkah antisipasi pihak CDC telah menghubungi sekitar 500 orang yang berada satu perjalanan dengannya.

"Kami pikir langkah antisipasi sejak adanya peningkatan kasus di Timur Tengah adalah langkah yang baik," katanya.

"Meski kami percaya risiko penyebaran virus ini rendah," timpal juru bicara rumah sakit Geo Morales.

Menurut situs Kementerian Kesehatan, Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh corona virus yang disebut Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov), dan pertama kali dilaporkan pada 2012 di Arab Saudi.

Virus ini berbeda dengan coronavirus lain yang telah ditemukan sebelumnya, sehingga kelompok studi corona virus dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan bahwa novel corona virus tersebut dinamakan sebagai MERS-Cov.

Virus ini tidak sama dengan corona virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), namun mirip dengan corona virus yang terdapat pada kelelawar.

Sebagian besar orang yang terinfeksi MERS-Cov berkembang menjadi penyakit saluran pernapasan berat dengan gejala gejala demam, batuk, dan napas pendek. Sekitar separuh dari jumlah penderita meninggal. Sebagian dari penderita dilaporkan menderita penyakit saluran pernapasan tingkat sedang.

Hal yang perlu diantisipasi masyarakat yang akan berpergian ke negara-negara Timur Tengah, yaitu jika terdapat demam dan gejala sakit pada saluran pernapasan bagian bawah, seperti halnya: batuk atau sesak napas dalam kurun waktu 14 hari sesudah perjalanan, segera periksa ke dokter. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dijual USD 580 Ribu, Winchester 1910 Jadi Motor Termahal Dunia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler