Amin Ak: Puluhan Juta Rakyat Rentan Miskin Akbat Tak Tersentuh Bansos

Sabtu, 03 September 2022 – 08:49 WIB
Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PKS Amin AK. Foto: Humas FPKS DPR

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS Amin Ak kembali meminta pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM jenis pertalite dan solar di tengah situasi ekonomi rakyat saat ini yang masih berat.

Menurut Amin, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) selalu menimbulkan dampak pengganda (multiplier effect) antara lain naiknya biaya transportasi, harga barang kebutuhan pokok, biaya perumahan, pendidikan, dan banyak lainnya.

BACA JUGA: Himahbudhi Minta Pemerintah Memastikan Bansos Pengalihan Subsidi BBM Tepat Sasaran

Berdasarkan sejumlah kajian, jika harga pertalite dikerek naik menjadi Rp 10 ribu per liter, maka akan berdampak naiknya inflasi sebesar 7 persen.

Angka tersebut sudah menghitung dampak langsung maupun tidak langsung (multiplier effect). Dampak langsungnya sendiri akan menambah angka inflasi 0,93 poin persentase atau 0,4 poin presentasi untuk setiap kenaikan Rp 1.000 per liter.

BACA JUGA: Minyak Dunia Turun, Tolong Harga BBM Subsidi Jangan Dipaksa Naik

Menurut Amin, tanpa kenaikan harga pertalite dan solar saja, inflasi itu trennya naik dan mulai mendekati 5 persen. Jika harga BBM naik, maka inflasi akan lebih tinggi lagi.

“Kondisi tersebut akan memengaruhi daya beli masyarakat menengah ke bawah, dan pada akhirnya konsumsi yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi akan melambat,” kata Amin.

BACA JUGA: Seluruh Rakyat Indonesia Harus Tahu, Begini Sikap PDIP soal Wacana Kenaikan Harga BBM

Hasil studi Bank Dunia menyebutkan terdapat 45 persen penduduk Indonesia yang kondisinya rentan miskin. Dengan jumlah penduduk saat ini lebih dari 275 juta jiwa, maka jumlah penduduk rentan miskin mencapai sekitar 124 juta orang.

Di sisi lain, pemerintah menyediakan bantuan sosial untuk 16 juta pekerja dengan gaji per bulan Rp 3,5 juta ke bawah.

Amin melanjutkan pemerintah memang menaikan jumlah anggaran bantuan sosial, namun itu hanya cukup untuk menolong sebagian kelompok rentan miskin.

Dari 124 juta orang yang rentan miskin, hanya 16 juta pekerja yang menerima bansos.

“Jika diasumsikan seorang pekerja menghidupi tiga anggota keluarga, artinya ada 64 juta yang tersentuh Bansos, sisanya 60 juta rakyat rentan miskin berpotensi jatuh miskin akibat kenaikan harga kebutuhan pokok maupun biaya hidup lainnya,” beber Amin.

Pada saat yang sama, lanjut Amin, untuk kategori rumah tangga miskin (RTM), pemerintah juga masih menggunakan data yang disusun sebelum pandemi Covid-19. Yaitu Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang disusun Kementerian Sosial dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

“Data tersebut perlu diperbarui. Pasca-pandemi Covid-19, penduduk yang masuk dalam kelompok termiskin makin banyak sehingga banyak rakyat yang berhak menerima berpotensi tidak terdata,” ujar Amin.

Amin juga mengkhawatirkan nasib pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang bisa terancam keberlanjutan usahanya. Kenaikan harga bahan baku sebagai dampak lanjutan dari kenaikan harga pertalite dan solar sangat memberatkan UMKM.

Dia mencontohkan kenaikan harga telur yang menembus Rp 30 ribu per Kg saja pada pertengahan hingga akhir Agustus lalu, itu membuat ribuan pelaku UMKM membatasi produksi mereka.

Bagaimana jika harga berbagai jenis bahan baku lainnya ikut naik, maka akan ada jutaan pelaku UMKM terancam gulung tikar.

“Pertimbangkan kembali dampaknya jika pemerintah menaikan harga BBM saat ini. Pemerintah semestinya bisa menerapkan berbagai cara lain untuk menyelamatkan APBN,” pungkas Amin Ak.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler