jpnn.com, JAKARTA - Orang tua diminta memperketat pengawasan terhadap anak-anaknya selama proses pembelajaran daring. Pasalnya, di masa pandemi COVID-19, intensitas penggunaan internet meningkat tajam.
Internet menjadi komoditas penting untuk membantu para pekerja yang harus bekerja dari rumah. Juga anak-anak yang mengikuti program belajar di rumah.
BACA JUGA: 467 Dinas Dukcapil Sudah Bisa Layanan Secara Daring, Hikmah COVID-19?
Namun masyarakat, khususnya orang tua harus perlu mewaspadai ancaman di balik ketergantungan anak-anak dengan internet pada masa karantina saat ini. Hal ini mengharuskan para orang tua atau pengasuh anak semakin aktif melakukan pendampingan dan membangun komunikasi positif dengan anak saat menggunakan internet, baik selama belajar di rumah maupun di luar.
“Penggunaan internet, selain memiliki manfaat juga memiliki dampak negatif, seperti konten pornografi, kejahatan seksual dan eksploitasi terhadap anak, dan grooming. Orang–orang yang tidak memiliki niat untuk melakukan hal negatif, dalam internet mereka bisa ditawarkan dengan pilihan yang mengarahkan mereka pada perbuatan negatif. Kita harus memaksimalkan peran keluarga untuk menghindari masalah baru tersebut ketika anak–anak kita lama berada di rumah,” tutur Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Nahar, Kamis (23/4).
BACA JUGA: Rapat Daring Dewan Pakar Teknologi Disusupi Video Panas, Ini Saran Pakar
Spesialis Perlindungan Anak United Nations Emergency Children's Fund (UNICEF) Indonesia, Astrid Gonzaga Dionisio mengatakan bahwa momen belajar di rumah merupakan kesempatan bagi orang tua dan pengasuh untuk mendampingi anak–anak, terutama dalam proses belajar mereka yang dilakukan melalui internet.
“Bagi orang tua tidak ada kata terlambat atau gagap teknologi (gaptek). Mari belajar menggunakan internet untuk dampingi anak-anak kita. Antara orang tua dan anak juga harus membuat kesepakatan terkait kapan dan berapa lama anak-anak menggunakan internet. Kita harus menjadi tempat yang pertama, baik secara online atau offline bagi anak kita untuk mencurahkan isi hatinya,” ujar Astrid.
BACA JUGA: Pak Guru di Flores Timur Cerita, Siswa-siswanya Antusias Belajar Daring
Nahar menambahkan, selain menghindarkan anak dari konten negatif di internet, orang tua sebisa mungkin mampu membuat aktivitas belajar di rumah menjadi lebih menyenangkan, dan bantu ajarkan anak-anak menyelesaikan tugas belajar.
“Jika anak mendapatkan tugas belajar yang berat, bantu ajarkan mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut. Namun jangan sampai keseluruhan tugas tersebut dikerjakan orang tua. Oleh karenanya, harus ada komunikasi positif dan kesepakatan yang dibangun antara orang tua dengan anak. Apapun kondisinya, semua instrumen pembelajaran bagi anak harus dapat dilakukan sebaik mungkin,” tutup Nahar. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad