jpnn.com, JAKARTA - Kebijakan pemerintah yang menerapkan siswa belajar di rumah ternyata cukup merepotkan orang tua. Pasalnya, dengan sistem daring siswa harus belajar mandiri.
Mereka harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Siswa mengerjakan tugas dengan melihat text book.
BACA JUGA: Seperti Inilah Kesibukan Guru Honorer K2 ketika Siswa Belajar di Rumah
“Enggak enak belajar daring gini. Kalau di sekolah, guru ajarin dulu, baru kerjakan tugas. Kalau sekarang harus pahami sendiri materinya. Iya kalau orang tua paham, kalau enggak paham kan repot,” kata Satrio, Siswa Kelas VII salah satu SMP swasta di Pondok Cabe kepada JPNN.com, Selasa (17/3).
Untuk mengatasi kesulitannya menjawab materi dari gurunya, Satrio menggunakan fasilitas Google. Di sekolah Satrio, dibuat kelas daring. Ada tanya jawab antara siswa dan guru. Namun, untuk pelajaran lainnya, metodenya berbeda lagi. Siswa langsung diberi tugas tetapi diinfokan sumber materinya.
BACA JUGA: 6 Kiat Terhindar dari Virus Corona Saat di Transportasi Publik
Sementara bagi orang tua, belajar daring memang merepotkan. Sebab, orang tua harus ikut terlibat. Tidak hanya sekadar mengawasi tetapi juga membantu mengerjakan tugas anaknya. Apalagi langsung menggunakan teknologi.
“Ya anak-anak tahunya kan main game. Kalau yang belajar daring kan baru sekarang. Mana lagi saya kan kerja di rumah. Jadi harus bisa bagi waktu nih antara mengerjakan tugas kantor dan mengawasi anak belajar daring," kata Diah Palupi, PNS Badan Kepegawaian Negara (BKN).
BACA JUGA: Gubernur AAL: Ini Sesuai Perintah Mabes TNI AL
Berbeda lagi dengan Daulat. Dia harus mengawasi dua anaknya yang masih SD. Sementara dia juga harus melakukan pekerjaannya dari rumah.
"Aduh, disuruh belajar malah loncat-loncatan. Gurunya sudah teriak-teriak di grup, anaknya masih belum standby," ucapnya.
Inung Kurnia, yang punya dua putri yang sekolah di Madrasah Aliyah dan SD. Dua-duanya menggunakan Google Classroom.
"Pagi-pagi gurunya sudah siap, eh anak-anaknya belum. Saya terpaksa teriak-teriak sambil masak," ujarnya.
Begitu dapat tugas membaca materi hadits, lanjut Inung, anaknya dengan cepat bilang selesai dalam tempo lima menit. Padahal yang disuruh baca sekitar 10 lembar.
Alhasil Inung harus mendampingi putrinya belajar sembari mengerjakan tugasnya sebagai karyawan.
"Kayaknya memang lebih repot kalau anak-anak belajar di rumah. Kita juga kan bekerja di rumah, ada target kinerja yang ditetapkan kantor. Kalau seperti sekarang, orang tua jadi pengawas dan guru bagi siswa," ucapnya.
Terpisah, Conny Renny, seorang karyawan swasta ini mengaku cukup sibuk mendampingi dua anaknya dalam mengerjakan tugas lewat internet atau daring.
Ibu Conny yang berdomisili di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat ini membenarkan dirinya cukup kerepotan mendampingi dua anaknya yang baru duduk di Kelas III dan Kelas VI SD ini.
“Selama ini anak-anak mengerjakan soal lewat buku, tetapi sekarang mengerjakan lewat online, ini perlu tambahan biaya untuk membeli kuota internet,” kata Conny.
Berbeda lagi dengan Mama Keyzia. Perawat di salah satu rumah sakit ini harus tetap masuk. Sedangkan putri tunggalnya libur alias belajar di rumah. Akhirnya anaknya dia ajak ke kantor.
"Saya harus membagi perhatian dengan anak. Memang agak merepotkan tetapi mudah-mudahan ini jadi ladang amal buat orang tua juga," tandasnya.(esy/fri/jpnn)
Redaktur : Friederich
Reporter : Friederich, Mesya Mohamad