jpnn.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengusut kasus perempuan bercadar yang menodongkan pistol ke Paspampres di Istana Negara, Jakarta, Selasa (25/10) pagi.
Direktur Pencegahan BNPT R Ahmad Nurwakhid mengatakan mereka mendalami soal dugaan keterlibatan perempuan bernama Siti Elina dalam jaringan teroris.
BACA JUGA: Cegah Radikalisme dan Terorisme, Pupuk Indonesia Gandeng BNPT
"BNPT sedang melakukan koordinasi intensif dengan aparat penegak hukum untuk memastikan apakah pelaku bagian dari jaringan terorisme atau pelaku tunggal," ujar Ahmad dalam siaran persnya, Selasa.
Anak buah Komjen Boy Rafli Amar itu mengatakan dari hasil penelusuran sementara ditemukan fakta bahwa memiliki pemahaman radikal.
BACA JUGA: Perempuan Todongkan Senjata Api ke Paspampres di Depan Istana Merdeka Bergerak Secara Individu
Siti juga mendukung salah satu ormas radikal, yakni HTI yang telah dibubarkan pemerintah.
Selain itu, pelaku juga ternyata sering mengunggah propaganda khilafah melalui akun media sosialnya.
BACA JUGA: Paspampres Mengamankan Perempuan Pembawa Senjata Api, Kabareskrim Komentar Begini
Pendalaman terhadap profil dan motif pelaku terus dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat adanya keterkaitan dengan aktor-aktor lain.
Ahmad mengatakan kejadian teror yang melibatkan perempuan di Indonesia bukan hal yang baru. Peristiwa tersebut mengingatkan pada ancaman bom di Istana Negara yang terlebih dahulu digagalkan oleh aparat penegak hukum pada tahun 2016.
Calon pengantin yang ingin melakukan aksi teror di Istana Negara tersebut ialah Dian Yuli Novi. Kemudian keterlibatan perempuan dalam aksi teror juga terjadi pada tahun 2021 saat Zazkia Aini menyerang Mabes Polri.
"BNPT telah mewaspadai tingkat kerentanan perempuan untuk direkrut dan dijadikan sebagai pengantin oleh kelompok teroris," ujar dia.
Dalam jaringan teroris, perempuan tidak lagi menjadi aktor pendukung dan simpatisan, tetapi sudah diposisikan sebagai pelaku atau martir.
"Pemanfaatan perempuan dalam aksi terorisme memang tren baru khususnya yang dilakukan ISIS baik dilakukan dengan jaringan atau lone wolf yang tidak terikat komando dan jaringan," ujar dia.
BNPT telah berupaya meminimalisir keterpaparan perempuan dalam jaringan dan aksi terorisme, dengan cara melibatkan perempuan sebagai agen perdamaian.
Kaum ibu harus diberikan pencerahan karena kelompok tersebut dijadikan salah satu sasaran potensial oleh jaringan terorisme. (antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolri Keluarkan Instruksi, Kapolres Lubuklinggau Sudah Pakai Motor Jadul
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan