jpnn.com - PALU – Jumri alias Tamar, anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) menyerahkan diri, Jumat (5/8) lalu.
Jumri sendiri yang telah diamankan aparat Polda Sulteng, masih dimintai keterangannya dan didalami keterlibatannya dalam sejumlah aksi teror yang melibatkan kelompok MIT.
BACA JUGA: Publik Sulit Percaya MA Selama Mafia Peradilan Merajalela
Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Rudy Sufahriadi mengungkapkan, Jumri yang memang masuk sebagai daftar pencarian orang (DPO) itu, memutuskan menyerahkan diri, setelah terpisah dengan kelompok MIT lainnya. Kelompok itu terpencar setelah kematian pemimpinnya, yakni Santoso alias Abu Wardah.
Tidak ingin nasibnya sama dengan rekan-rekan lainnya, yang tewas kontak tembak dengan aparat, Jumri pun mendatangi kakak iparnya.
BACA JUGA: Keren! Indonesia Raih Medali Emas Olimpiade Standar Internasional ââ¬Å½Korsel
“Dari Tamanjeka bersama kerabatnya ini, dia menuju ke Desa Lape, selanjutnya ke arah Poso Kota. Tepatnya di Kelurahan Kasiguncu, Jumri diserahkan kepada tim Satgas Intelijen Imbangan dari rekan-rekan BIN, kemudian diserahkan lagi kepada Satgas 3 Ops Tinombala,” terang Rudy di Palu kemarin (6/8) .
Dikatakan, Jumri tidak langsung dicecar pertanyaan, melainkan diberikan layanan kesehatan berupa pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu, kemudian diidentifikasi kembali.
BACA JUGA: Masjid Ajarkan Nilai Keragaman Seperti Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
Saat ini, kata Kapolda, Jumri masih terus dalam pengawasan pihaknya. Namun setelah nanti dirasa cukup untuk dimintai keterangan, selanjutnya akan diserahkan ke pihak Densus 88 Anti Teror.
“Yang bersangkutan masih terus kita dalami keterlibatannya, dan juga keterangan-keterangannya,” sebut Kapolda.
Dari tangan Jumri, petugas juga mengamankan sejumlah barang bawaan DPO tersebut, diantaranya handphone, serta beberapa sim card, dan empat buah kartu memori micro, sebuah power bank, berbagai obat-obatan, uang senilai Rp 250 ribu, dan sejumlah barang bawaan yang tidak berbahaya yang totalnya 31 item.
Untuk sementara kata Kapolda, Jumri masih teridentifikasi warga Rantalemba, Poso Pesisir, Kabupaten Poso. Kapolda juga meminta, agar apa yang dilakukan Jumri menyerahkan diri kepada petugas, diikuti anggota MIT lainnya, dan mempertanggungjawabkan perbuatan di mata hukum.
Sementara itu, 3 orang yang diduga kelompok MIT yang diamankan sehari sebelumnya, masing-masing, Isa Abdul Rahman, Jono Priadi serta Muhammad Asmaul, hingga kini juga masih dalam pemeriksaan intensif oleh aparat Polda Sulteng.
Ketiganya untuk sementara diduga kuat menjadi simpatisan dan membantu sejumlah kegiatan anggota MIT.
Jono Priadi sendiri, diketahui merupakan PNS di Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu. Dia diketahui pernah memfasilitasi untuk menjemput sejumlah DPO dan diantar bergabung bersama Santoso pada 2015 lalu. Jono juga masih tergolong jaringan kurir MIT yang masih aktif berada di Kota Palu.
Sedangkan Isa Abdulrahman sendiri, sejak 2012 sudah beberapa kali memfasilitasi dan menampung para DPO sebelum bergabung dengan Santoso. “Di tahun 2014, Isa ini pula yang mengurus persalinan istri Santoso di Palu,” tutur Kapolda.
Isa juga pernah mengantarkan peralatan-peralatan komunikasi, berupa GPS maupun handy talky kepada kelompok MIT. Sama halnya dengan Jono maupun Isa, Muhammad Asmaul alias Muket, juga menjadi kurir dari MIT yang ada di Kota Palu.
“Dari tiga orang yang diamankan ini, juga diamankan sejumlah buku rekening maupun handphone,” jelas Rudy. Pihaknya juga berencana akan menelusuri aliran dana ke tabungan-tabungan para terduga tersebut, apakah terkait dengan aliran dana ke kelompok MIT. (agg/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Megawati Ingin Indonesia Punya Kebun yang Luas
Redaktur : Tim Redaksi