Anak Buah AHY Sebut Diksi KAMI jadi Perusak Persatuan

Minggu, 23 Agustus 2020 – 15:35 WIB
Ferdinand Hutahaean. Foto: RMOL

jpnn.com, JAKARTA - Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menilai kata "kami" menjadi rusak sejak digunakan sebagai diksi oleh Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau KAMI, yang dideklarasikan Din Syamsuddin cs.

Dalam artikel berjudul "KAMI, Kata Perjuangan yang Kini Tercemar", Ferdinand mengawali tulisannya dengan mengatakan bahwa di era perjuangan dan masa perang kemerdekaan Indonesia, kata "kami" penuh dengan semangat persatuan.

BACA JUGA: KAMI Lebarkan Sayap, Sore Nanti Deklarasi di Australia

Bahkan, katanya, kata itu menjadi penanda identitas kebangsaan melawan negara penjajah. Kata kami juga menjadi pemisah antara putra-putri ibu pertiwi pejuang kemerdekaan dengan kaum penjajah.

"Dan kata kami adalah identitas pemersatu bagi seluruh anak Nusantara yang bergerak memerdekakan Indonesia," tulis Ferdinand dalam artikel yang diterima JPNN.com, Minggu (23/8).

BACA JUGA: Tiga Pria Asal Aceh Jauh-jauh ke Bogor Cuma Berbuat Maksiat

Dia juga menyitir beberapa peristiwa sejarah. Seperti pada 1928, pemuda dan pemudi dari seluruh Nusantara dengan kekayaan budaya lokal masing-masing bersatu dan disatukan dengan kata "kami" dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Pun demikian pada 1945, katanya, ketika Sidang BPUPKI tanggal 14 Juli di Gedung Tyuuoo Sangi-In -sekarang Gedung Kementerian Luar Negeri, pada saat diskusi para pendiri bangsa membahas tentang pernyataan kemerdekaan.

BACA JUGA: Pemuda Sontoloyo Melakukan Perbuatan Tak Patut Ditiru, di Pinggir Jalan, Terekam CCTV

Ketika itu, Soekarno bertanya kepada sidang: “Pertanyaan saya yang kedua, “KAMI” atau “KITA”? Yamin menjawab : “KAMI”.

Masih tahun 1945, dalam teks Proklamasi 17 Agustus, kembali kata “KAMI” digunakan sebagai pemersatu identitas bangsa Indonesia yang beragam dalam menyatakan kemerdekaannya.

"Sekarang di tahun 2020, kata KAMI terasa menjadi kata pemecah belah, kata pemisah, kata perusak persatuan," tulis pengurus DPP Partai Demokrat ini.

Menurutnya, kata -kami- menjadi tercemar maknanya sejak 18 Agustus 2020, ketika sekelompok orang yang mengatasnamakan diri Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) mendeklarasikan diri di Tugu Proklamasi Jakarta.

"Mendadak kata KAMI tercemar dan kehilangan semangat juangnya, kehilangan semangat pemersatunya karena digunakan oleh sekelompok orang untuk memisahkan diri dan memecah persatuan dari sesama anak bangsa," katanya.

Semestinya, kata Ferdinand, Din Syamsuddin cs tidak mengacaukan persatuan dan tidak memecah kesatuan dan kebersamaan dengan sesama anak bangsa dengan menggunakan kata KAMI.

"Semestinya kata KITA adalah kata yang tepat digunakan karena memang KITA semua adalah anak bangsa, anak Ibu Pertiwi yang tidak seharusnya dicerai beraikan oleh ego politik dan ego kelompok," tegasnya.

Presidium KAMI Prof Din Syamsuddin sebelumnya mengatakan bahwa sangat mungkin ada yang tidak suka dengan KAMI, bahkan ada upaya untuk menggembosi gerakan moral tersebut.

“Sangat mungkin, bahkan sudah ada gejala dan gelagatnya ingin menghalangi KAMI. Sangat mungkin ada tekanan, ada intimidasi, dan berbagai bentuk rekayasa-rekayasa yang ingin menggembosi gerakan ini,” kata Din saat menyampaikan pesan dalam deklarasi KAMI 18 Agustus 2020 lalu. (fat/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler