Anak Driver Ojol Tersandung Aturan PPDB Jakarta, Berharap Ada Keajaiban dari Anies Baswedan

Rabu, 24 Juni 2020 – 06:06 WIB
Nurhasanah dan keluarganya. Firlana Nuruzzahra yang gagal masuk SMP jalur afirmasi karena usia muda (tidak berjilbab). Foto : dok pribadi untuk JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Seorang ibu bernama Nurhasanah mengaku enggan ikut demo bersama orang tua murid lainnya meski anaknya tidak lulus dalam pendaftaran peserta didik baru (PPDB) DKI Jakarta jalur afirmasi.

Dia pilih berdoa dan berharap ada keajaiban dari aturan PPDB DKI Jakarta tersebut.

BACA JUGA: Anak Belajar dari Rumah, Alat Keperluan Sekolah Tetap Perlu Penyegaran

"Enggak berani demo saya. Lebih baik saya berdoa agar ada keajaiban untuk anak saya. Saya orang kecil cuma berharap anak masuk sekolah negeri. Kalau swasta mahal, mau bayar pakai apa," keluh ibu dua anak ini kepada JPNN.com.

Nurhasanah yang suaminya tukang ojek online ini mengungkapkan, sudah mendaftar PPDB jalur afirmasi.

BACA JUGA: Ganjar Minta Disdik Cari Solusi untuk Persoalan Zonasi di PPDB Jateng

Sayangnya karena usia putrinya, Firlana Nuruzzahra baru 12 tahun 3 bulan, sehingga dia tidak lolos. Padahal nilai rata-ratanya di atas 80-an.

"Sebenarnya kalau lihat nilai, anak saya pasti masuk. Namun, karena yang dilihat usia akhirnya anak saya tidak lulus. Yang lulus kebanyakan anak usia di atas 13 tahun," ucapnya sedih.

BACA JUGA: Orang Tua Beri Data Palsu di PPDB Online, Ganjar: Saya Gandeng Polisi dan Penegak Hukum

Selain itu, lanjutnya, daya tampung untuk afirmasi hanya 40-50 anak. Akibatnya anak-anak usia 12 tahun 3 bulan seperti Firlana tidak lulus.

Kini, Nurhasanah mencoba jalur zonasi. Sekolah yang dituju adalah SMPN 238, 104 dan 247.  Sekolah yang sesuai dengan Kelurahan Duren 3 Pancoran Jaksel adalah SMPN 238.

Baik Nurhasanah maupun putrinya berharap bisa masuk SMP negeri. Jika gagal di jalur zonasi juga, Nana, sapaan akrab Nurhasanah, mengaku tidak tahu lagi harus cari sekolah di mana untuk anaknya.

"Saya pengin sekali anak-anak sekolah tinggi biar hidupnya lebih sejahtera. Jangan kayak orang tuanya, yang hidup pas-pasan. Kalau enggak narik, gimana bisa makan sementara saya cuma ibu rumah tangga. Kalau sekolah negeri kan enggak bayar SPP," tuturnya.

Dia lantas membandingkan penerimaan PPDB 2019 yang masih melihat nilai. Saat anaknya yang pertama masuk SMKN, lulus lewat jalur afirmasi. Meski usianya muda tetapi karena patokannya nilai bisa lulus.

"Alhamdulilah meski kami orang enggak punya tetapi dikaruniai anak-anak yang pintar. Setiap masukin anak ke sekolah negeri alhamdulillah selalu lulus. Baru kali ini enggak masuk. Bukan karena nilainya jelek tetapi terlalu muda usianya," paparnya.

Sama seperti orang tua murid yang lain, Nana berharap Gubernur Anies Baswedan mengubah sistem PPDB 2020 dengan menambah kuota afirmasi.

"Semoga ada perubahan agar anak saya bisa masuk sekolah negeri. Saya pasrahkan semuanya kepada Allah SWT semoga ada jalan keluarnya," tandasnya. (esy/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Besok, Ratusan Orang Tua Murid Demo Tolak PPDB Jakarta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler