jpnn.com - Supono dan Sri Mulyani begitu senang, semringah, menangis haru, setelah tahu anak mereka, Muhammad Riyaldi Wijaya, dinyatakan lulus menjadi bintara Polri.
DWI AGUS, Sleman
BACA JUGA: Dukun Ngaku Bisa Loloskan Tes Bintara Raup Ratusan Juta
Ratusan pemuda berkemeja putih, celana kain hitam, dan sepatu pantofel memadati Gedung Serbaguna Polda DIJ Jumat (3/8) sore. Duduk di deretan belakang dan kursi di luar gedung para orang tua yang senantiasa mendampingi mereka.
Hari itu menjadi momen spesial bagi beberapa pemuda itu. Hari yang ditunggu telah datang. Yakni sidang kelulusan bintara umum dan khusus Polri. Muhammad Riyaldi Wijaya, salah satunya.
BACA JUGA: 4 Keunikan Anak Angkat Ronaldo yang Pengin jadi Polisi
Video berdurasi pendek diputar sebelum pengumuman. Tak disangka, video tersebut menampilkan kehidupan Supono dan Sri Mulyani. Sosok buruh potong ayam.
Usai pemutaran video, Kapolda DIJ Brigjen Polisi Ahmad Dofiri memanggil Wijaya. Disusul pemanggilan Supomo dan Sri Mulyani.
BACA JUGA: Hampir Lulus Bintara Polri, Eeeh Malah Masuk Bui
“Saya selalu tanamkan semangat pantang menyerah. Apa pun hasilnya harus disyukuri,” ungkap Supomo saat berbincang dengan Kapolda DIJ.
“Terus mencoba selama masih mampu dan mau berusaha. Tidak lupa berdoa agar dimudahkan jalan,” tambahnya.
Perbincangan itu berlangsung singkat. Supomo dan Sri Mulyani lantas dipersilakan duduk kembali. Saat itu wajah Supomo tampak tegang, cemas, dan berharap Wijaya lulus.
Apalagi bukan kali ini saja Wijaya mendaftar sebagai bintara. Pemuda 20 tahun itu tiga kali menjajal jalur penerimaan Polri dan dua kali jalur TNI.
Supomo dan Sri Mulyani terus berdoa saat panitia membacakan daftar calon bintara Polri yang dinyatakan lulus. Wajah tegang warga Margokaton, Seyegan, itu berubah semringah ketika nama Wijaya disebut sebagai salah seorang bintara Polri umum.
Sejurus kemudian Supomo dan Sri Mulyani pun langsung mengusap muka dengan kedua tangan. Tanda ungkapan syukur kepada Tuhan. Tak terasa air mata bahagia menetes di pipi keduanya. Bagi Supomo, terkabulnya cita-cita sang anak menjadi berkah besar keluarga kecilnya.
“Dia itu anak tunggal kami, sehingga kami dukung selama masih positif,” tuturnya.
Supomo juga tak henti-hentinya berharap supaya kelak Wijaya menjadi polisi yang jujur dan mengayomi masyarakat. Serta selalu menjalankan tugas dengan baik. “Tidak neko-neko dan selalu patuh dengan atasannya,” ucap Supomo.
Pria 60 tahun itu mengaku tak bisa tidur sehari sebelum pengumuman kelulusan bintara Polri. Saat mata belum terpejam, Supomo memilih terus memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Bersama sang istri, Supomo bertahajud di musala dekat rumahnya ketika hari memasuki tengah malam.
Pulang tahajud keduanya membaca Al-Fatihah hingga pagi. “Belum tidur sejak semalam (kemarin), tapi rasa kantuk terobati setelah dengar pengumuman,” katanya.
Supomo selalu berpesan kepada anaknya untuk menjadi diri sendiri selama menjalani ujian calon bintara. Agar Wijaya tak malu meski lahir dari keluarga tidak mampu. Semua itu demi memotivasi sang anak untuk melakoni hidup secara positif. “Yang penting hati tidak miskin,” tegasnya.
Sebagai buruh potong ayam penghasilan Supomo memang tak menentu. Tergantung pesanan pelanggan. Bahkan pernah suatu hari dia tidak bekerja sama sekali.
“Kalau sedang ramai bisa dapat Rp 20 ribu sampai Rp 60 ribu. Berapa pun saya syukuri sebagai berkah dan rezeki,” ujarnya.
Dorongan semangat pantang menyerah dari sang ayah menyatu dengan diri Wijaya. Lima kali gagal dalam penerimaan Polri maupun TNI tak membuatnya patah arang. Semua pengalaman yang diperoleh saat gagal menjadi bintara justru dijadikan sarana evaluasi. Hingga akhirnya berhasil diterima sebagai bintara Polri.
Wijaya juga tak mau menganggur selama rentang waktu menunggu pengumuman seleksi bintara. Dia pun nyambi menjadi driver ojek online. Itu dilakukannya demi membantu perekonomian keluarga. Asal halal, apa pun siap dilakoninya. “Saya yakin lulus karena terus berusaha dan mendapat restu orang tua,” katanya mantap.
Seleksi bintara Polri berlangsung ketat dan terbuka. Sidang kelulusan digelar secara terbuka sebagai bentuk transparansi proses rekrutmennya. Agar semua orang tua dan bakal calon bintara bisa melihat langsung. Dari 169 calon bintara umum, 121 di antaranya dinyatakan lulus.
Sedangkan bintara khusus yang dinyatakan lulus sebanyak 25 orang. “Tiga bintara khusus yang lulus adalah perempuan. Sedangkan bintara umum perempuan empat orang,” jelas Kapolda DIJ.
Para bintara muda itu selanjutnya masih harus menjalani pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) di Selopamioro, Imogiri, Bantul selama tujuh bulan. Baru kemudian bergabung dengan jajaran kepolisian sesuai penempatan dan penugasan masing-masing.
Dofiri memastikan seleksi penerimaan bintara Polri berlangsung transparan dan jujur. Sejak awal tahapan seleksi tidak ada syarat khusus bagi peserta. “Jika dalam suatu tes dinyatakan belum layak, maka tidak bisa melanjutkan tahapan,” ujarnya.
“Termasuk peluang yang sama untuk semua golongan. Seperti Pak Supono dengan anaknya ini adalah contoh. Sudah lima kali mencoba di TNI Polri dan baru lulus tahun ini. Untuk yang belum lulus, jangan berkecil hati. Kesempatan masih terbuka selama syarat umur masih bisa terpenuhi,” pesannya. (yog)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Alasan Anak Angkat Ronaldo Masuk Polisi
Redaktur & Reporter : Soetomo