Anak Muda Perlu Mempelajari Naskah Kuno, Ini Alasannya

Selasa, 17 September 2024 – 19:14 WIB
Dialog budaya bertajuk "Cahaya Nabi dalam Naskah Sulawesi" yang digelar di Science Technopark, Universitas Hasanudin, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (16/9/2024). Foto: dok sumber

jpnn.com, MAKASSAR - Naskah kuno atau manuskrip selama ini hanya dikaji oleh filolog dan akademisi sejarah. Padahal manuskrip memiliki banyak aspek yang dapat dipelajari oleh profesi lain dengan berbagai sudut pandang.

Hal ini terungkap dalam dialog budaya bertajuk "Cahaya Nabi dalam Naskah Sulawesi" yang digelar di Science Technopark, Universitas Hasanudin, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (16/9).

BACA JUGA: Film Mantra Surugana Angkat Unsur Budaya Sunda Kuno

Salah satu narasumber diskusi ini, Fadli Ibrahim Sururi, mengatakan bahwa dirinya berhasil menulis buku "Serpihan Jejak Ulama Pompanua" setelah mempelajari manuskrip-manuskrip peninggalan keluarganya.

Pria yang berlatar belakang insinyur bangunan ini mengaku sengaja mengkaji manuskrip Sulawesi Selatan karena meyakini banyak informasi penting di dalamnya yang relevan bagi masa depan.

BACA JUGA: Gandeng Makaradhvaja, Trah HB II Gagas Pusat Studi Naskah Kuno

"Manuskrip mengandung banyak data yang dapat digunakan untuk melakukan analisis prediktif tentang berbagai hal. Anak muda perlu tahu ini," kata Fadli.

Senada itu, Husnul Fahimah Ilyas, peneliti BRIN yang menjadi moderator dialog, menggarisbawahi bahwa di Sulawesi Selatan terdapat banyak manuskrip yang sebenarnya menarik bagi generasi muda.

BACA JUGA: Jejak 63 Spesies Tumbuhan Era Jawa Kuno Terungkap di Relief Borobudur

Sebagian manuskrip itu telah didigitalkan oleh Digital Repository Endangered and Affected Manuscripts in South East Asia (DREAMSEA), program kerja sama PPIM UIN Jakarta dan Universitas Hamburg, sehingga dapat diakses untuk dipelajari.

Dialog Rihlah Budaya diprakarsai oleh Arief Rosyid Hasan dari Merial Institute bekerja sama dengan Makassar Heritage Society dan Ngariksa Foundation.

Dialog juga menghadirkan ahli filologi yang juga pengampu Ngariksa, Oman Fathurahman atau biasa disapa Kang Oman di channel Ngariksa TV.

Narasumber lain, KH Helmi Ali Yafie, pengurus pusat Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) yang berpusat di Jakarta. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler