Anak Panti Asuhan Dana Punia Bunuh Diri, Ada Surat Wasiat, Isinya Bikin Merinding

Selasa, 29 Desember 2020 – 13:13 WIB
Ilustrasi bunuh diri. Ilustrator: Ardissa Barack/JPNN.Com

jpnn.com, SINGARAJA - Seorang anak di Panti Asuhan Dana Punia di Kelurahan Banyuning, Buleleng, bunuh diri di sebuah bangunan kosong dekat panti pada Minggu (27/12) sekitar pukul 16.30 WITA.

Aksi nekat yang dilakukan EA, 14 tahun, membuat geger warga dan penghuni panti asuhan.

BACA JUGA: Di Penginapan, Siswi SMA Dipaksa Melayani Nafsu RR, Foto Begituan Disebar

Kapolsek Kota Singaraja Kompol I Made Santika mengatakan, dari hasil olah TKP polisi menemukan empat lembar surat yang diduga kuat ditulis oleh korban.

Berikut sejumlah petikan isi surat wasiat yang ditulis tangan korban sebelum tewas gantung diri.

BACA JUGA: Sekali Berangkat ke Suriah, Kelompok Teroris JI Rogoh Rp 300 Juta, Inilah Asal Dananya

“Bu, sekarang Ketut pergi duluan. Karena Ketut sudah bosan dengan masalah HP yang membuat Ketut duluan pulang ke alam baka. Ketut minta maaf kepada semuanya kalau punya salah atas apa yang Ketut lakukan yang membuat Ibu/Bapak tidak bahagia. Itu saja permintaan Ketut. Doakan ketut biar tidak ada halangan di sana (alam baka). Terima kasih”.

“Kalau melihat dari surat yang kami temukan di TKP, kemungkinan memang ada masalah yang terkait dengan HP. Surat itu kami temukan di kantong celana korban,” kata Santika.

BACA JUGA: Tengah Malam Suara Teriakan dari Rumah Wanita Cantik Karyawan Bank Menyayat Pilu

Sementara itu, terkait dengan tewasnya EA, Ketua Yayasan Dana Punia Gede Arba Dana mengungkapkan bahwa korban merupakan salah seorang anak asuh yang berasal dari Kecamatan Kintamani, Bangli.

Mendiang berasal dari salah satu keluarga tidak mampu, sehingga diasuh di panti asuhan.

Korban disebut baru dua tahun terakhir berada di bawah asuhan yayasan.

“Anak ini termasuk baik dan rajin. Saya sempat rencana buat acara makan-makan sama anak-anak untuk malam tahun baru. Tapi hari Sabtu itu pas makan bersama, dia bilang besok atau lusa sudah tidak ada di panti. Saya kira maksudnya mau minta izin pulang ke Kintamani,” kata Arba.

Disinggung masalah surat yang dibuat mendiang, Arba menyebut memang sempat ada kecemburuan sosial di kalangan anak asuh terkait ponsel.

Selama ini yayasan memang memberlakukan peraturan ketat. Anak-anak dilarang membawa ponsel ke panti asuhan.

“Kalau bawa HP, sudah pasti kami suruh pulang saja. Karena kami anggap itu sudah dari keluarga mampu,” katanya. (rb/eps/pra/JPR)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler