Analisis Ekonom Indef soal Saham EMTK Anjlok

Senin, 16 September 2019 – 01:21 WIB
Bursa Efek Indonesia. Foto dok Yessy Artada/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Harga saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk menurun 8,2 persen pada penutupan sesi perdagangan Jumat (13/9).

Dalam sepekan, saham EMTK anjlok 22,22 persen. Padahal, saham EMTK masih berada di level Rp 7200 per saham pada Senin (9/9).

BACA JUGA: Kepercayaan Investor Kepada Saham BTN Menguat

Merebaknya kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan BukaLapak dianggap menjadi penyebab saham EMTK turun menjadi Rp 5.600. BukaLapak sendiri merupakan cucu usaha EMTK.

"Saya juga melihat apakah ini sebagai tanda dari dotcom bubble? Valuasi besar-besar, tetapi profitnya tidak ada. Saat itulah terjadi koreksi saham besar-besaran," ungkap Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara, Jumat (13/9).

BACA JUGA: Kinerja Menawan, Saham MNCN Sangat Layak Dibeli

Dia menambahkan, fenomena serupa pernah terjadi di Amerika Serikat (AS) pada 1998-2000.

“Perusahaan itu mengejar valuasi tinggi, tetapi ternyata secara kinerja merugi," tuturnya.

Bhima melanjutkan, saat ini model persaingan usaha e-commerce jor-joran dalam menggenjot promo diskon. Akibatnya, pemegang modal terkuatlah yang akan menjadi pemenang.

"Ujungnya, the winner takes all. Yang bisa bertahan dan kuat bertahan yang modalnya kuat," ungkapnya.

Dia memperkirakan hanya akan ada satu atau dua pemain besar yang bisa bertahan. Adapun lainnya akan diakusisi, merger atau tutup.

Menurutnya, investor memiliki limit dalam berinvestasi. Di sisi lain, negara asal investor sedang mewaspadai resesi ekonomi.

"Pastinya akan berpengaruh ke suntikan modal yang disalurkan, entah secara langsung ke BulaLapak atau lewat EMTK," kata Bhima.

Dia menambahkan, ada kekhawatiran BukaLapak bernasib sama seperti Uber di Indonesia yang harus merger ke perusahaan transportasi online yang lebih besar. 

"Bisa jadi, kalau investornya sudah tidak kuat menyuntik modal, dia akan merger atau dijual ke perusahaan e-commerce yang lebih besar," pungkasnya. (jos/jpnn)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler