jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor menilai kematangan Partai Golkar dan para kadernya menjadi kunci penting kemenangan mereka di Pilkada 2020.
Hal ini disampaikan Firman merespons klaim partai pimpinan Airlangga Hartarto bahwa 165 pasangan calon kepala daerah yang mereka usung, menang dalam Pilkada serentak 9 Desember 2020 yang berlangsung di 270 daerah.
BACA JUGA: Pilkada Serentak 2020 Usai, Golkar Jatim: Kini Kami Punya 3 Bupati dan 2 Wakil Bupati
“Saya kira ada persoalan kematangan Golkar, terutama dari pada kader yang melaksanakan pilkada," ujar Firman dalam keterangannya, Sabtu (12/12).
Dia menilai jajaran kader Partai Golkar mampu memotret realitas politik dan kepentingan serta aspirasi yang paling banyak mendominasi masyarakat di satu daerah.
BACA JUGA: Ferdinand: Istilah Anak Sekarang, Rizieq Jiper juga
Kemudian, hal itu ditindaklanjuti dengan mencarikan kandidat yang pas, dan program-program yang sesuai dan dapat diterima masyarakat.
Firman memandang kemenangan Partai Golkar terjadi karena adanya scientific politic, yang mengacu pada survei dan pendekatan kualitatif.
BACA JUGA: Kombes Yusri: MRS Itu Takut Ditangkap Sehingga Dia Menyerah
Lewat hasil-hasil survei kekinian, partai itu menangkap aspirasi masyarakat, termasuk memotret kandidat yang sesuai dengan selera pemilih. "Secara umum, kerja-kerja dari kader Golkar itu tidak bisa diremehkan," ucap Firman.
Selain melakukan scientific approach, Partai Golkar juga dinilai melakukan good action dan proper action. Artinya, pemetaan yang didapatkan bisa langsung dieksekusi dengan tepat.
Menurut Firman, Golkar juga memiliki perangkat pendukung pemilu yang cukup komplet dan bekerja dengan baik dalam menggalang dukungan demi mencapai target yang dibuat hingga hari H pencoblosan.
"Saya kira eksistensi lembaga itu di Golkar turut membantu membuat target realistis dan membantu untuk melaksanakan target itu dan memastikan semua sesuai dengan jalur yang sudah ada," jelasnya.
Karena itulah dalam Pilkada 2020 ini Partai Golkar mampu mengembalikan situasi dan membuktikan kebesarannya dengan memenangkan kontestasi ini.
"Saya kira di bawah Airlangga Hartarto telah memenuhi harapan dari kebanyakan anggota Golkar," ucap Firman.
Terakhir, peta koalisi Golkar di Pilkada ini sangat cair ikut menentukan kemenangan tersebut. Pasalnya, pertarungan di daerah bukan masalah ideologis, tetapi lebih programatik.
Hal ini kemudian disesuaikan oleh Golkar dalam konteks kewilayahan yang berbeda-beda. Contohnya di Tangerang Selatan (Tangsel), kemenangan Golkar sebagai partai pengusung tunggal pasangan Benyamin Davnie - Pilar Saga Ichsan dinilai Firman terasa fenomenal.
“Bagi saya ini spektakuler karena ternyata bisa mematahkan mitos ketokohan yang ternyata bagi masyarakat itu tidak berarti banyak. Masyarakat Tangsel cukup kritis dan tidak bisa menerima begitu saja dinasti politik,” tambah Firman.
Selain itu, dia juga melihat adanya fenomena keterpecahan dari partai oposisi di Tangsel, sehingga suara pemilih tidak solid melawan incumbent.
"Golkar mesinnya berjalan dengan baik di Tangsel, ditambah dengan jaringan-jaringan nonpartai yang mampu bekerja sama dengan baik di situ hingga memenangkan incumbent,” pungkas Firman.(gir/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang