jpnn.com, JAKARTA - Penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto sudah direncanakan untuk menciptakan citra kondisi seakan-akan Indonesia tidak aman. Hal itu dikatakan pengamat intelijen Tigor Mulo Horas Sinaga.
"Serangan terhadap Pak Wir itu jelas by design, ya. Di beberapa negara Eropa, serangan teror juga menggunakan pisau supaya efektif melukai target. Tujuannya untuk cipta kondisi seakan-akan Indonesia tidak aman," kata Horas di Jakarta, Jumat (11/10).
BACA JUGA: Hendrik Kecam Kelompok Separatis yang Bersyukur Wiranto Ditusuk
Menurut Horas, teroris berupaya menciptakan kesan (conditioning) tidak aman di suatu daerah atau negara.
“Tujuannya agar masyarakat merasa takut. Teroris ini juga ingin dilihat khalayak bahwa mereka eksis. Saya mengimbau masyarakat tetap tenang," ujar Horas.
BACA JUGA: Wiranto Ditusuk, Simak nih Analisis Ali Fauzi
Pengamat intelijen dari Generasi Optimis Indonesia itu menyayangkan lunaknya pengamanan terhadap Wiranto yang akhirnya memberi ruang bagi pelaku penikaman melancarkan aksinya.
"Semua sudah mereka diperhitungkan. Kedua pelaku bisa mengelabui petugas. Mereka menerobos celah sistem pengamanan ring 1 Pak Wir. Ini teroris yang terlatih dan sudah siap mati," terang Horas.
BACA JUGA: Komandan Kodim Dicopot Gara-Gara Istri Posting Komentar Nyinyir soal Wiranto
Alumnus prorgam Bela Negara Kementerian Pertahanan itu mendorong Pemerintah meningkatkan pengamanan VVIP.
Dia menganalisis, menjelang hari pelantikan Presiden Jokowi serta Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin pada tanggal 20 Oktober 2019, potensi teror terbuka lebar.
Horas menduga ada pihak-pihak tertentu yang sengaja memperalat sel-sel teroris untuk menciptakan kondisi tidak aman.
Horas juga mengusulkan agar hingga 20 Oktober 2019 Presiden Jokowi meminimalisasi kegiatan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, termasuk berswafoto bersama mereka.
"Saya harap Kapolri perintahkan anggota-anggotanya untuk tembak di tempat semua pelaku teror yang jelas-jelas mengancam tokoh-tokoh kita. Saya pikir kita perlu mengerahkan Koopsus dan Densus 88 dalam menanggulangi kemungkinan terjadinya aksi teror menjelang 20 Oktober," kata Horas.
Diingatkan bahwa pengamanan pelantikan presiden akan sukses bila memiliki dasar informasi, analisis, serta operasi intelijen strategis yang solid.
Dikatakan, Indonesia membutuhkan kekuatan intelijen strategis yang didukung para agen terbaik di lapangan maupun analis-analis andal. (Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo