jpnn.com, JAKARTA - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) membeberkan analisis terkait aliran dana yang digunakan pinjol ilegal untuk beroperasi.
Deputi Pencegahan PPATK Muhammad Sigit menyebut diduga ada aliran dana hasil kejahatan yang berasal dari dan luar wilayah Indonesia untuk modal dalam bisnis pinjaman online ilegal tersebut.
BACA JUGA: Pengakuan Debt Collector Pinjol tentang Gaji & Bonus yang Diterimanya, Oh Ternyata
Menurut Sigit, ada indikasi interkonektivitas antara lembaga keuangan dalam negeri maupun keuangan internasional serta pesatnya aliran dana masuk dan keluar Indonesia (illicit financial flows) yang berasal dari upaya mengaburkan, menyamarkan asal-usul uang.
"Dari tindak pidana asal seperti korupsi atau narkoba merupakan hal yang perlu diwaspadai sehingga tidak menciderai pertumbuhan ekonomi," ucap Sigit.
BACA JUGA: Pemuda Terjerat Pinjol Mau Bunuh Diri, Lalu Ada Kompol Khoiri
Di sisi lain Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan hingga 30 September 2021 tercatat akumulasi pinjaman yang disalurkan senilai Rp 262,93 triliun ke 71,06 juta rekening pengguna.
Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Financial Technology OJK Tris Yulianta menyampaikan ada empat faktor pendorong utama banyaknya masyarakat terjebak pinjol illegal.
Pertama, kebutuhan peminjam yang mendesak untuk menyambung hidup dan kebutuhan dasar lainnya. Kedua, kemudahan dalam pinjaman dengan menggunakan aplikasi dengan persyaratan mudah dan pencairannya cepat.
Ketiga, mudah membuat aplikasi dan penawaran dan keempat, literasi keuangan dan literasi digital masih rendah.
"PPATK bersama LPP (Lembaga Pengawas dan Pengatur) berupaya meningkatkan risk awareness dan prudential standard sehingga Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ) akan membantu khususnya penyedia jasa keuangan bank dan non bank," kata dia.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menggelar Focus Group Discussion (FGD) Upaya Deteksi, Cegah, dan Berantas Pinjaman Online Ilegal yang dilaksanakan secara daring dan luring dari Pusdiklat Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme di Depok, Jawa Barat, Senin (22/11). (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia