jpnn.com - Sudah tidak selesai, uang habis pula untuk biaya kuliah S3 di Universitas Indonesia (UI). Istri Donlesi, 45, sebut Karin, 43, pun kesal.
Biar suami segera menyelesaikan studinya, Karin mengancam minta cerai.
BACA JUGA: Yuk ke Lampung, Mumpung Ada Festival Krakatau
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
AWALNYA sih hanya main ancam-ancaman saja. Akan tetapi, ibarat mulut tuh sudah habis busanya, Karin akhirnya membuktikan ancamannya ke Donlesi itu dengan gugatan cerai beneran di Pengadilan Agama (PA), Klas 1 A Surabaya, Jalan Ketintang Madya, Jum’at (19/8).
BACA JUGA: Potensi Pasar Terbuka Lebar, KKP Dorong Industri Rumput Laut
“Suamiku itu kalau tidak ditegasi, ya gitu. Mbleos. Iya kalau biaya kuliah dibiayai Dikti (perguruan tinggi, Red). Lha ini kan sudah kelewat waktu, akhirnya yang bayari ya aku sekarang,” kata Karin kesal luar biasa.
Mulanya, biaya kuliah Donlesi memang dibiayai Dikti. Itu karena Donlesi adalah dosen tetap di perguruan tinggi swasta di Malang.
BACA JUGA: Waduh, Potongan APBD Perubahan 12,5 Persen
Waktu itu, Karin yang bekerja sebagai dosen, juga sama-sama mengambil studi pada tahun 2007 silam.
“Saya ambil ekonomi dan suami manajemen di UI. Alhamdulillah saya selesai dulu tahun 2011 lalu,” kata wanita yang tinggal di Wiyung itu.
Sayangnya, sang suami kuliahnya molor. Bukan hanya molor, tapi molooooooorr banget. Jatah program kuliah doktor yang harusnya selesai tiga tahun dan maksimal lima tahun, harus terluta-lunta hingga sembilan tahun lebih.
“Alasannya banyak. Yang sibuk ngajar. Garap jurnal lah atau apalah,” cerita Karin.
Tentunya Karin tak pernah percaya dengan alasan suaminya. Sebab, dalih mengajar dan mengerjakan jurnal tidak ada buktinya.
“Apanya. Izin cuti kuliahnya lho terus diperpajang. Jurnal yang mana lho, wong izin cuti. Kalau ngerjakan jurnal, ya pastinya dapat insentif. Ini kosong mlompong tidak ada penghasilan,” kata Karin.
Imbasnya, Karinlah yang harus memenuhi kebutuhan rumah tangganya selama empat tahun ini. Karin mengaku sampai dedel duel.
Donlesi sebenarnya tidak sepenuhnya tanpa penghasilan. Donlesi masih sering mendapatkan tambahan uang dari job-job bisnis ataupun insentif dari perguruan tingginya.
Sayangnya, anggaran itu terbilang masih sedikit.
“Buat hidup saja kalau ada tambahan, ya digabung dengan uang punyaku,” tandas Karin.
Yang membuat Karin berat, yakni uang kuliah semesterannya di UI. Karena belum juga kelar, Donlesi harus membayar kuliah sebesar Rp 14 jutaan per semester.
“Saya yang bayarin. Gaji tiap bulan dikurangi untuk biaya kuliah suami. Makan irit. Tiap hari tahu tempe thok,” kata dia.
Eloknya, ketika Karin protes, Donlesi hanya mlengos dan diam seribu bahasa. Donlesi berkali-kali meminta maaf dan berjanji akan menyelesaikan kuliahnya secepat mungkin.
Sayangnya, sampai saat ini tidak selesai juga kuliahnya. Janji Donlesi hanya tinggal janji.
“Ini sudah jurus terakhir untuk menekan dia selesai kuliah. Saya bawa ke depan pengacara ini, ya pakai perjanjian. Kalau semeter ini tidak ujian, saya cut dia. Pokoke say goodbye,” tegas Karin.
Sementara itu, Donlesi hanya bisa diam menyaksikan omelan Karin. Donlesi menyatakan akan berusaha menyelesaikan kuliahnya semester ini.
“Sudah saya ajukan desertasinya. Insya Allah sidang tertutup. Semester ini aja kok bayarnya, Ma. Aku janji,” tandas Donlesi dengan wajah nelongso ke istrinya. (*/opi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasar Tradisional Tak Pernah Mati
Redaktur : Tim Redaksi