Anda Perlu Tahu, Bahasa Indonesia Berasal dari Pulau Kecil ini

Jumat, 17 Desember 2021 – 21:10 WIB
Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri berziarah ke makam Raja Ali Haji di Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepri, Jumat (17/12). (Ogen)

jpnn.com, TANJUNGPINANG - Bahasa Indonesia berasal dari Pulau Penyengat, Kepulauan Riau.

Pulau tersebut terletak di Kota Tanjungpinang.

BACA JUGA: Sisi Lain Ahli Bahasa Indonesia Ivan Lanin yang Perlu Anda Tahu

Menurut Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, Pulau Penyengat merupakan sebuah pulau kecil dengan jumlah penduduk yang sedikit.

Namun, telah memberikan sumbangsih bahasa persatuan nasional yang dipakai ratusan juta penduduk Indonesia.

BACA JUGA: Umrah Perdana Segera Diberangkatkan, Anggota DPR Mengingatkan Hal Penting

"Peninggalan Bahasa Melayu sebagai cikal bakal Bahasa Indonesia, membuktikan bahwa setiap komponen bangsa bisa mengukir sejarah bagi republik ini."

"Jadi, ini (bahasa Indonesia) sumbangan besar Bangsa Melayu bagi bangsa ini," ujar Salim Segaf saat berkunjung ke Pulau Penyengat, Jumat (17/12).

BACA JUGA: Satgas Penanganan COVID-19 Kepri Bantah Ada Penambahan Kasus Hingga 70 Orang

Salim Segaf Al Jufri  didampingi keturunan (zuriyat) Kesultanan Riau-Lingga berziarah ke makam Raja Ali Haji, seorang pahlawan nasional yang dimakamkan di Pulau penyengat.

Raja Ali Haji adalah peletak dasar bahasa Melayu yang kemudian diangkat menjadi bahasa Indonesia.

Makam Raja Ali Haji bersebelahan dengan makam Raja Hamidah, salah satu permaisuri Kesultanan Riau-Lingga yang memimpin wilayah Kepri hingga Johor Malaysia pada zamannya.

Mantan Menteri Sosial di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu juga terkesima dengan gurindam 12 karya Raja Ali Haji.

Naskah gurindam 12 terukir di dinding makam Raja Hamidah.

Kandungan Gurindam 12 bagi Salim sangat dalam.

"Misalnya, pasal 12 berbicara tentang hati dan akhirat, yakni bagaimana akhirat amat nyata bagi yang tidak buta."

"Ini warisan literasi yang amat besar bagi kesusasteraan Indonesia, muncul dari penulis, ulama dan penasihat di Kesultanan Riau-Lingga, Raja Ali Haji," tutur Salim.

Seusai dari Makam Raja Ali Haji, Salim bergerak ke makam Raja Haji Fisabilillah, pahlawan nasional yang juga dimakamkan di Pulau Penyengat.

Kompleks Raja Haji Fisabilillah berdampingan dengan makam mufti kesultanan Habib Sheikh bin Habib Alwi Assegaf, ulama asal Hadramaut yang mengabdikan dirinya hingga wafat bagi masyarakat Melayu.

"Hari ini penjajahannya dalam bentuk lain, ekonomi Indonesia dijajah, budaya dijajah. Maka, saya bangga bangsa Melayu menjadi salah satu penjaga kedaulatan bangsa," ucapnya.

Keturunan Kesultanan Riau-Lingga Raja Abdurrahman mengatakan salah satu tugas Engku Putri Raja Hamidah adalah melegetimasi kekuasaan para sultan.

Permaisuri Sultan Mahmud Syah III ini memegang elemen penting adat pengangkatan sultan dengan regalia kerajaan.

Dia berkuasa memilih, mengangkat dan melegitimasi sultan yang baru.

Hingga kini beberapa regalia yang masih ada dari sekitar 40-an regalia di antaranya Cigan, Keris Panjang, Sayap Sandaq, Tepak Sirih dan Ketor.

"Maka sangat pas jika Salim Segaf bisa berziarah ke makam Engkau Putri Raja Hamidah, yang memegang legitimasi bagi pemimpin-pemimpin," katanya.

Raja Abdurrahman mengatakan salah satu regalia pernah dibawa oleh Belanda ke Singapura untuk melantik raja Singapura.

"Sejak itu tak pernah kembali ke sini dan sekarang ada di Museum Nasional di Jakarta," katanya.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler