Andi Akmal: Food Estate Sebaiknya untuk Keperluan Dalam Negeri Dulu

Selasa, 01 Juni 2021 – 21:55 WIB
Anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin dari Fraksi PKS. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin meminta pemerintah agar menahan ide hasil food estate untuk ekspor.

Kebutuhan dalam negeri masih sangat banyak untuk dipenuhi, terbukti di kuartal I Tahun 2021, data BPS menunjukkan impor berbagai komoditas pangan cukup besar mulai dari garam, gula, kedelai, jagung hingga bawang putih.

BACA JUGA: Food Estate Sumsel Menciptakan Ekosistem Terintegrasi Berkelanjutan

“Kita doakan Food Estate ini berhasil ya. Apa pun hasilnya, jangan sampai ada ide untuk ekspor dululah dalam waktu dekat. Kebutuhan dalam negeri masih banyak yang mesti ditambal jangan sampai devisa menguap begitu saja akibat impor. Itupun kalau food estate berhasil, ya,” ujar Akmal dalam siaran pers pada Selasa (1/5).

Politikus PKS ini menjelaskan di kuartal I tahun 2001, impor garam yang masuk sampai 379.910 ton. Impor gula 1,93 juta ton, impor kedelai 699.730 ton, jagung sebanyak 379.910 ton, dan bawang putih 53.536,9 ton.

BACA JUGA: LaNyalla Sarankan Food Estate Sumbar Dimulai dari Lahan Kecil sebagai Perontohan

Semua komoditas ini melaju naik baik dibandingkan tiap bulannya atau dibandingkan kuartal I periode tahun 2020.

Legislator asal Sulawesi Selatan II ini menjelaskan, karena sifat food estate yang berbeda dengan program lumbung pangan yang pernah ada, target penyediaan panganpun makin lengkap termasuk pemenuhan pangan sumber protein, yakni dari peternakan atau perikanan.

BACA JUGA: Ekonom Indef: Program Food Estate Bisa Berkembang Pesat

Food Estate bersifat multikomoditas yakni menggabungkan antara peternakan, pertanian dan tanaman hortikultura kadang di tambah perikanan.

Dari sisi peternakan, menurut Akmal, di Direktorat Jenderak Peternakan dan Kesehatan Hewan mengarahkan anggaran yang beragam dan cukup besar pada komoditas sapi. Ini wajar karena memang sapi merupakan sumber protein yang vital untuk mengatasi stunting.

Namun, dengan adanya food estate, dan dukungan Anggaran Biaya Tambahan (ABT) di Dirjen PKH sebesar 18 miliar, hingga saat ini impor daging sapi masih terus berlangsung. Saya sangat berharap, di tahun 2022, dengan pagu indikatif PKH sebesar sekitar 1,85 triliun rupiah dapat memberi dampak positif pengembangan peternakan sapi baik dari sisi jenis maupun dari sisi luasan wilayah,” ungkap Akmal.

Politikus PKS ini beranggapan selama masih ada kebutuhan dalam negeri yang kurang, ditambah ada niat dari para pengejar rente, importasi komoditas pangan ini akan tetap terus berlanjut.

Komitmen pemerintah dalam memenuhi janjinya untuk tidak impor pangan, sehebat apapun orangnya, selihai apapan ketrampilannya, kalau sudah dihadapkan dengan kebutuhan dan kekurangan, maka jaln impor pasti di tempuh. Ini sudah terjadi setiap periode kepemimpinan nasional sejak negara ini merdeka.

“Saya bukannya pesimistis dengan food estate ini tetapi alangkah bagusnya bila Food Estate memang memberikan hasil yang positif bagi masyarkat Indonesia yang dapat dirasakan secara langsung di lapangan maupun berdampak pada keuangan Negara,” ujar Akmal.

Menurut Akmal, di lapangan masyarakat merasakan komoditas dalam negeri yang berkualitas tapi terjangkau harganya, dari sisi negara, tidak banyak uang dari Indonesia ke luar negeri yang membuat Indonesia hanya sebagai obyek pasar semata,” ujar Andi Akmal Pasluddin.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler