jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPR RI asal Sulawesi Selatan II, Andi Akmal Pasluddin menyoroti program Food Estate yang mulai menunjukkan hasilnya.
Namun, hasil yang didapat malah berbanding terbalik dari harapan. Bukannya makin besar produk-produk pangan yang didapat dari program food estate, tetapi malah menimbulkan kerugian.
BACA JUGA: Pertani Pasok Kebutuhan Benih Padi Unggul di Food Estate NTT
“Program Food Estate kini tengah banyak mendapat sorotan publik. Kami di DPR RI termasuk yang konsen terhadap program ini sebagai bagian dari fungsi pengawasan. Apabila program ini tak berhasil meningkatkan produksi pangan nasional, maka bisa saja dihentikan di tengah jalan,” kata Akmal dalam keterangan pers diterima Senin (1/3/2021).
Politikus PKS ini mengaku mendapat laporan, salah satunya informasi tentang petani bayang yang hampir seluruh tanaman bawang, khususnya bawang merah di areal Food Estate kondisinya memprihatinkan.
BACA JUGA: Menteri PUPR Sebut Dua Hal Ini Jadi Kunci Kesuksesan Food Estate
Hali ini karena mengalami kerusakan yang hampir sama yakni mengalami kering daun dan pertumbuhannya lambat serta mengecil.
Akmal menambahkan, bahwa bila kondisi buruk di areal food estate tidak ada prubahan dan terjadi merata di seluruh area, maka akan dikhawatirkan tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan dan bakal merugi, baik dari segi materi maupun tenaga.
BACA JUGA: DPD RI Dorong Pemerintah Serius Mengembangkan Proyek Food Estate
“DPR berhak untuk menghentikan program Food Estate. Jika program tersebut tidak dapat mendongkrak produksi pangan nasional,” tegas Akmal.
“Tentu saja bisa (dibatalkan) jika tidak sesuai. Nanti kan ada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) diaudit keuangan dan kinerjanya. DPR kan bisa meminta audit khusus kalau memang fakta-fakta lapangan tidak sesuai dengan yang disampaikan,” ujar Andi Akmal menambahkan.
Andi Akmal mengungkapkan, pada saat rapat bersama pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan), memang banyak suara-suara yang tidak setuju dengan program Food Estate ini.
“Jadi banyak juga teman-teman (Komisi IV) yang mempertanyakan bagaimana kelanjutan program Food Estate ke depannya,” kata Andi Akmal.
Kendati demikian, dia meminta agar masyarakat bersabar untuk menunggu hasil tinjauan langsung oleh Komisi IV ke lapangan, untuk melakukan evaluasi dan menjaring permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan.
Andi berjanji akan menginformasikan kepada publik apapun hasil temuannya nanti.
Andi Akmal menerangkan, pada rangkuman informasi APBN 2021 pada program ketahanan pangan, Pengembangan Food Estate di Kalteng, Sumsel dan Papua (Merauke) untuk meningkatkan produktivitas pangan antara lain dengan pemberdayaan petani existing dan investasi small farming pada lahan seluas 165.000 Hektare.
“Konsen kami adalah bagaimana para petani mendapatkan manfaat dari program ini. Makanya harus jelas juga bagi kami dan perlu peninjauan lapangan untuk memutuskan,” ucap Andi.
Anggota Komisi IV ini juga mengkritisi, dampak lingkungan yang saat ini sudah mulai memperlihatkan keganjilan-keganjilan. Ia menganggap, bahwa alam ini sudah mulai menegur dengan banjir, longsor dan berbagai bencana lain akibat ulah manusia yang merusak keseimbangan alam.
"Semua tergantung pada penyelenggara negara dan pimpinan-pimpinan bangsa ini untuk berlaku amanah untuk kesejahteraan rakyatnya. Food Estate ini merupakan pembuktian jangka panjang, apakah negara ini mau berubah ke arah lebih baik atau tidak,” ujar Andi Akmal Pasluddin.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich