Andi Widjajanto: Kekhawatiran Jokowi soal Propaganda Rusia Tidak Berlebihan

Selasa, 05 Februari 2019 – 15:41 WIB
Andi Widjajanto. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Tim Cakra 19 Andi Widjajanto menilai pernyataan Presiden Joko Widodo mengenai propaganda Rusia tidak berlebihan dan berdasar pada kenyataan historis.

Menurut dia, propaganda Rusia yang dimaksud Jokowi mengarah kepada modus operandi yang dikenal sebagai firehose of falsehood atau Operasi Semburan Fitnah.

BACA JUGA: TKN Jokowi - Maruf Disarankan Minta Maaf ke Rusia dan BPN

Operasi ini diduga digunakan Rusia antara 2012-2017 dalam krisis Crimea, konflik Ukraina, dan perang sipil di Syria. “Di Rusia, modus operandi ini sudah muncul di dekade 1870-an melalui gerakan Narodniki. Gerakan ini dulu dilakukan untuk menjatuhkan Czar Rusia dengan cara terus menerus memunculkan isu-isu negatif,” kata Andi dalam keterangan yang diterima, Selasa (5/2).

Hasi dari operasi itu melahirkan ketidakpercayaan masif dari rakyat Rusia terhadap sistem politik yang kemudian dikapitalisasi oleh Lenin saat Revolusi Oktober 1917.

BACA JUGA: Koordinator Honorer K2: Presiden Jokowi Sangat Berbeda, Menyapa Saja Tidak

Evolusi paling mutakhir dari modus operandi ini muncul di beberapa pemilihan umum seperti Amerika Serikat, Brasil, dan Brexit. Dalam tarung pilpres antara Donald Trump melawan Hillary Clinton, strategi semburan fitnah mencapai puncaknya.

Ada pelibatan konsultan politik Roger Stone yang jago dalam menebar kampanye negatif yang sangat ofensif melalui taktik: serang, serang, serang.

BACA JUGA: Anak Buah Prabowo Sebut Serangan Jokowi Tak Ada Efeknya

Andi menjelaskan, ada terabasan data pribadi melalui algoritma Cambridge Analytica. Ada juga indikasi gelar pasukan siber dengan kode topi hitam atau bintang emas yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menggelar bots yang mampu memainkan operasi tagar secara masif.

“Operasi Semburan Fitnah bertujuan untuk membuat dusta mengalahkan kebenaran,” tambahnya.

Operasi itu ingin menghancurkan kepercayaan publik ke otoritas politik, termasuk media. Operasi itu juga merusak demokrasi. "Karena itu harus dihancurkan,” ujar Andi.

Menurutnya, cara yang paling efektif untuk menghancurkan Operasi Semburan Fitnah adalah menelanjangi bagaimana operasi ini dilakukan dan melakukan intervensi media untuk mematikan taktik yang dipakai.

Misalnya, WhatsApp membatasi jumlah pesan yang bisa diteruskan oleh satu akun. Facebook melakukannya dengan mematikan akun-akun Saracen yang melakukan aktivitas ilegal di jaringan FB.

“Beberapa lembaga seperti PoliticaWave, Corona, atau akun patroli medsos seperti i-wulung sudah berusaha membongkar operasi semburan fitnah ini dengan membuka anomali permainan medsos yang dilakukan oleh pasukan-pasukan siber terkait dengan Pilpres 2019.” ujar Andi. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nizar: Serangan Jokowi Bukti Kepanikan dan Tanda Kekalahan


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler