jpnn.com, JAKARTA - Pemberlakuan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) sepertinya tidak berefek banyak pada berkurangnya kepadatan lalu lintas. Beberapa titik di kawaasan Jakarta Selatan malah padat.
Pantauan JPNN.com, kepadatan lalu lintas mulai terasa dari Cirendeu, Tangerang Selatan hingga ke Joglo, Jakarta Selatan. Tidak hanya jalanan yang padat kendaraan roda dua maupun empat, pusat pertokoan juga tampak sangat ramai.
BACA JUGA: Pedagang Pasar Senen Memilih Melanggar Aturan PSBB
Seperti yang tergambar di kawasan ritel Pondok Indah. Restoran siap saji sangat ramai meski sudah lewat jam makan siang.
Sementara ojek online (ojol) tampak berkerumun di kawasan Pondok Indah, sekitar mal Permata Hijau. Sepertinya social distancing dan physical distancing tidak berlaku bagi para ojol ini.
BACA JUGA: Alasan Pemerintah Pusat Belum Mengabulkan PSBB dari Daerah
Begitu juga taksi online maupun konvensional juga berkerumun. Mereka menunggu penumpang di seputaran mal tersebut.
Kondisi ini menimbulkan tanya masyarakat. Pemberlakuan PSBB apakah hanya heboh di media karena fakta di lapangan seperti tidak ada pembatasan apa-apa.
BACA JUGA: Pengakuan Pasien Positif Corona Pertama di NTT, Ternyata Sempat Singgah di Jakarta dan Bali
“Mana itu PSBB, kok kayaknya malah tambah ramai aja dibandingkan akhir Maret saat work from home (WFH) diberlakukan pertama kalinya," kata Prijanto, karyawan salah satu perusahaan swasta kepada JPNN.com, Senin (13/4).
Dia juga heran perilaku masyarakat yang sepertinya tidak takut virus corona. Sebab, imbauan pemerintah untuk tetap di rumah tampaknya tidak diindahkan.
"Saya paham para sopir taksi dan ojol ini pasti terpaksa kerja karena butuh uang tetapi kan tidak harus berkerumun gitu. Apalagi ada yang enggak pakai masker. Anehnya lagi, masyarakat malah berkerumun juga di restoran siap saji," tuturnya.
Senada dengan Prijanto, karyawan swasta lainnya yang tinggal di kawasan Lebak Bulus, Budi juga mempertanyakan kebijakan PSBB. Seharusnya dengan PSBB, kondisinya lebih sepi dibandingkan dua pekan terakhir di bulan Maret.
"Sejak 1 April tuh sudah ramai lagi kayak seperti biasa. Buat apa PSBB kalau jalanan masih ramai dan orang banyak berkumpul," ucapnya.
Dia menilai bantuan Pemprov DKI Jakarta kepada masyarakat agar tetap tinggal di rumah, sia-sia saja. Sebab, warga DKI masih saja keluar rumah.
"Kalau begini sama saja buang uang. Buat apa bikin aturan dan kasi bantuan kalau masyarakatnya tidak disiplin. Apakah bantuannya tidak mereka terima atau jumlahnya kurang. Mending tidak ada PSBB karena toh jalanan masih ramai kayak ini. Hanya sebagian masyarakat yang takut ke luar, sementara lebih banyak yang malah keluar rumah," tandasnya.
Baik Prijanto maupun Budi mengimbau pemerintah bersikap tegas akan kebijakannya. Jangan sampai masyarakat bingung.
"Saya sudah sebulan WFH, cuma karena ada urusan terpaksa keluar makanya kaget lihat kok ramai banget," tandas Budi.(esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad