Angela Ajak Semua Pihak Bangun Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Kamis, 12 Desember 2019 – 22:17 WIB
Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo. Foto: Dok Pri

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo menjelaskan, era digital menjadi peluang yang sangat besar untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif dengan pesat. 

"Dengan teknologi, konsumen dapat dengan mudah mencari informasi dan feeding mengenai produk-produk wisata dan destinasi di Indonesia dengan detail," katanya.

BACA JUGA: Senyum Merekah Wishnutama dan Angela di Mandalika & Labuan Bajo

Dia menyampaikan hal itu saat menjadi keynote speaker dalam acara bertajuk Tantangan dan Peluang Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Era Industri Teknologi dalam peresmian Institut Bisnis & Informatika (IBI) Kesatuan di Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/12).

Digital, lanjut Angela, bila dimanfaatkan dengan baik hasilnya akan sangat luar biasa. Misalnya, dalam mempromosikan digital bisa dilakukan micro targeting, sehingga promosi bisa tepat sasaran.

BACA JUGA: Wakili Kemenparekraf, Angela Terima Anugerah Keterbukaan Informasi Badan Publik

Dengan demikian, orang yang memiliki ketertarikan menyelam bisa mendapatkan promo menyelam. Adapun yang suka gunung bisa mendapatkan informasi mengenai gunung dan lain sebagainya.

Di dunia digital, lanjut Angela, platform, target, waktu, frekuensi dan kontennya harus tepat.  

Angela menceritakan manfaat digital dalam dunia perhotelan saat ini. Belum lama ini, dia bertemu pengusaha yang melakukan inovasi di bidang perhotelan. 

"Mereka menggabungkan hotel-hotel kecil yang tadinya cuma sendiri-sendiri, dengan brand mereka sendiri, digabung dikasih brand yang sudah jadi. Brand sama semua dan akhirnya mereka juga meningkatkan standarisasi di semua hotel itu. Ada peningkatan SDM, terus ada standarisasi teknologi juga," ungkapnya.

Hasilnya, bisa meningkatkan efisiensi dari hotel tersebut. Brand tersebut juga meningkatkan kepercayaan wisatawan asing untuk datang dan tinggal di hotel tersebut.

Hasil akhirnya, okupansi hotel yang tadinya sekitar 40 persen naik menjadi 70-80 persen.

Dengan digital, perubahan harga juga bisa menyesuaikan low season dan high season dengan cepat. 

Contoh untuk ekonomi kreatif, ada aplikasi fotografer yang bisa digunakan bagi yang membutuhkan jasa profesional.

Menurutnya, di Bali banyak acara pernikahan yang membutuhkan jasa fotografer, desain baju, videografer dan fotografer.

"Karena konektivitas yang makin tinggi, yang tadinya berjualan individu bisa jadi merge together. Punya satu payung branding dan standar yang dipercaya oleh wisatawan. Contohnya ada salah satu aplikasi besar di Indonesia itu bergerak di bidang photography service," kata Angela.

Di Bali pun hal tersebut sudah terjadi. Dengan demikian, wisatawan asing maupun domestik yang membutuhkan jasa fotografer bisa menggunakan fotografer profesional lokal dari Bali melalui aplikasi tersebut.

"Ini betul-betul luar biasa, yang tadinya individu, cari pelanggan susah, ini jadi kolektif karena teknologi," tuturnya.

Di sisi lain, dunia digital juga memiliki tantangan. Dengan kemudahan digital ini, para wisatawan dapat dengan mudahnya membandingkan Indonesia dengan negara lain.

Selain itu, ada info yang bisa langsung dilihat, baik dari feedback atau komentar negatif.   

Angela mengajak seluruh pihak, termasuk mahasiswa, pengajar IBI Kesatuan untuk ikut membangun pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia.

"Mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif memerlukan kolaborasi yang melibatkan semua pihak, masyarakat, lembaga, hingga pemerintah. Semua yang hadir di sini juga harus turut berperan," katanya. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler